Saya Muqallid dan Saya Bangga

Oleh : Ahmad Sarwat, LC, MA

Ketika mengawali suatu kajian dengan ungkapan di atas, banyak jamaah peserta yang langsung mengacungkan tangan minta izin bertanya. 

Ustadz, bukankah sudah jelas Allah SWT melarang kita mengikuti sesuatu yang tidak didasarkan pada ilmu? 
ولا تقف ما ليس لك به علم إن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra' : 36)

Dan muqallid itu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Bagaimana kok Ustadz ini bangga jadi muqallid? Kan sudah dilarang oleh Allah?

JAWAB :

Ayat Quran yang antum baca itu pasti benar, karena kedudukanya meruoakan wahyu dari Allah. Tapi melarang taqlid pakai ayat itu keliru besar. 

Kok keliru?

Coba perhatikan teks ayat itu dengan seksama. Allah melarang ikut sesuatu yang kamu tidak tahu ilmunya. Apa ini sebuah larangan untuk bertaqlid? 

Jawabnya tidak. Malah justru ayat ini merupakan perintah untuk bertaqlid. Dan jangan ikut-ikutan kepada orang yang tidak tahu ilmunya. Kalau memang yang ditaqlidi adalah orang yang berilmu, justru kita wajib ikut.

Saya seorang muqallid, saya bertaqlid kepada yang berilmu. Orang yang saya taqlidi itu bukan orang awam, tapi pakar dan ahli di bidangnya. 

Saya taqlid kepada As-Syafi'i (w. 204H), dimana beliau adalah ahli fiqih, ahli ushul fiqih dan juga ahli hadits sekaligus. Beliau itu sumber ilmu dan punya jutaan murid dan cucu-cucu murid yang tidak putus generasinya sampai 13 abad kemudian. 

Yang diharamkan justru bertaqlid kepada guru ngaji ente itu. Dia tidak paham ilmu fiqih, tidak paham ilmu ushul fiqih. Bahkan hadits pun cuma hafal 40 biji doang. 

Lucunya, ente bilang haram taqlid haram taqlid, lha ente sendiri taqlid buta ke guru ente sendiri. Apapun yang guru ente katakan, pasti ente benarkan. 

Dan lebih parah lagi, ente tidak mau berguru kepada siapapun orang alim. Karena ente tuduh semua orang itu tidak punya ilmu. Yang punya ilmu cuma guru ente doang. 

Justru ente sebenarnya tukang taqlid sejati. Cuma taqlidnya salah alamat, yaitu kepada orang awam yang ilmunya segitu doang. Yang bilang guru ente itu orang alim cuma sesama muridnya doang. Di luar kelompok ente, guru ente tidak dikenal ilmunya.

Comments