TOLERANSI 'Pilih BUNGKUS atau ISI'

Tanggapan atas artikel : Seputar Hadis Tasyabbuh | IslamLib

by
Irham Fachreza Anas

Setiap memasuki penghujung tahun masyarakat Indonesia, khususnya umat muslim selalu disuguhkan isu 'khas' yang berkutat seputar toleransi. Isu itu semakin tinggi intensitasnya tatkala mendekati tanggal 25 Desember dimana pada hari tersebut  Umat Kristiani sedunia termasuk yang ada di Indonesia sedang bergembira merayakan hari kelahiran Yesus Kristus/Sang Juru Selamat dalam keyakinan umat kristiani atau yang lebih akrab dikenal dengan Hari Raya Natal.

Ya!!! isu khas itu adalah ;
1. 'Apa boleh seorang muslim mengucapkan selamat natal?'
2. 'Apa boleh seorang muslim menghadiri undangan perayaan natal yang bukan ritual ? '
3. 'Apa boleh seorang muslim mengenakan atribut natal ?'

Entah mengapa belakangan ini seperti sudah menemukan 'moment' yang tepat, isu khas penghujung tahun itu semakin masif disuarakan oleh berbagai pihak yang menyebut diri sebagai pagar penjaga toleransi beragama. Lebih jauh lagi bahwa 3 sikap yang menjadi isu tersebut dianggap mereka sebagai bentuk toleransi konkret yang dapat dilakukan umat muslim kepada umat agama lain. Dalam hal ini tentunya adalah umat kristiani yang sedang bergembira memperingati hari raya sakral mereka. Sikap toleransi dipandang perlu dilakukan demi terciptanya kerukunan hidup beragama di bumi Indonesia tercinta.

Mereka yang diwakili oleh banyak tokoh cendikiawan muslim/ah berpendapat bahwa 3 bentuk sikap toleransi itu tidak termasuk ushul / pokok dalam Islam sehingga bilamana dilaksanakan oleh umat muslim tidak serta merta melunturkan iman yang ada dalam hati umat muslim.

Apakah benar perkara yang bukan ushul dalam Islam dinilai tidak dapat melunturkan iman seorang muslim? Bukankah iman itu bertambah dan berkurang? Bukankah Iman itu bertambah karena taqwa dan berkurang karena maksiat? Bukankah dosa-dosa besar banyak diawali dengan melakukan dosa-dosa yang dianggap kecil dan biasa? Berapa banyak orang yang terkena azab kubur lantaran kencing yang tidak bersih ? Hanya karena masalah kencing mengantar muslim pada pintu siksa kubur. Subhanallah.

Sebaliknya, ada sebagian masyarakat yang juga diwakili oleh tokoh cendikiawan muslim/ah tidak kalah gencarnya menyuarakan himbauan agar umat muslim tidak perlu melakukan 3 sikap 'toleransi' sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya. Hal tersebut semata-mata ditujukan untuk menjaga umat muslim dari upaya 'pengkaburan' akidah yang memang saat ini masif dilakukan. Pihak ini menganggap larangan yang mereka syiarkan tidak akan menjatuhkan marwah Islam sebagai agama yang sangat menjunjung toleransi. 

Mengapa mereka mensyiarkan hukum umum tanpa dikuti dengan syiar hukum khusus terhadap permasalahan toleransi ini? Bukankah ini sudah masuk dalam wilayah fiqh (pemahaman dan penggalian hukum prilaku mukallaf yang digali dari sumber dalil syara')? Babi adalah haram secara zat, tapi bukankah hukum memakan babi itu bisa menjadi mubah dalam kondisi dan kadar tertentu? Apakah mereka tidak memikirkan ada sebagian muslim karena kondisi lingkungannya atau mungkin karena jabatan yang menempel dipundaknya mengharuskan mereka melakukan 3 sikap yang menjadi isu pada tulisan singkat ini? Mengapa pihak yang melarang ini justru merendahkan/menghardik (murtad, kafir, dll) sesama muslim yang melaksanakan 3 sikap toleransi itu? apakah nahi munkar harus diikuti dengan hardikan kepada pelaku kemunkaran ?

Terlepas dari pro kontra isu khas toleransi tersebut, Penulis mencoba memberikan cara pandang lain tentang Toleransi. Cara pandang yang sejatinya merupakan refleksi prinsip Tasamuh, Tawasuth, i'Tidal dan Tawazun (T 4 / T for Moslem) pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Mari, kita bedakan apa itu "BUNGKUS" Toleransi dan apa itu "ISI" Toleransi.

Mengucapkan selamat natal adalah BUNGKUS.
Tidak menghina dan tidak merendahkan ajaran agama lain serta ritual ibadah agama lain adalah ISI dari Toleransi.

Menghadiri undangan perayaan natal yang bukan ritual dari tetangga/rekan/bos yang non muslim adalah BUNGKUS.
Mengunjungi mereka tatkala sakit, membantu meringankan beban mereka saat menghadapi musibah dan memberikan nasehat kepada mereka jika diminta adalah ISI dari Toleransi.

Menggunakan atribut natal adalah BUNGKUS.
Tidak memperdebatkan kalimat Haq Islam ketika bergaul dengan pemeluk agama lain, tidak merendahkan simbol atau atribut sakral agama lain adalah ISI dari Toleransi.

Amat dalam makna tulisan Emha Ainun Najib (Cak Nun) :
"Hidup akan sangat melelahkan, sia-sia dan menjemukan bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus BUNGKUS-nya saja dan mengabaikan ISI-nya

QS 18 : 10. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".

Wallahu a'lam

1. Hukum Menyerupai dengan Orang Kafir |
http://inpasonline.com/new/hukum-menyerupai-dengan-orang-kafir/
2. Antara Toleransi dan Memakai Atribut Non-Islam |
http://inpasonline.com/new/antara-toleransi-dan-memakai-atribut-non-islam/

Comments