KONTEMPLASI KEIMANAN

Tanggapan atas artikel : Ketika Iman Menjadi Plural | IslamLib

by
Irham Fachreza Anas

Saya pernah menjalani hidup dalam dalam lingkaran pertanyaan ketika mengamati prilaku kekerasan dalam beragama. Tidak hanya keras dalam arti fisik, lebih dari itu prilaku kekerasan dalam komunikasi verbal pun termasuk bagian dari objek yang saya pertanyakan. Misalnya, fenomena saling menghardik antar umat beragama yang berbeda maupun yang sama.

Bersamaan dengan itu, saya juga menjalani hidup dalam kesombongan dengan 'meremehkan' pemeluk agama lain maupun orang yang seagama dengan saya namun berbeda pandangan dalam masalah keimanan dan ketaqwaan. Kata 'meremehkan' sengaja saya beri tanda kutip, mengingat sikap itu saya lakukan bukan dengan tangan dan lisan yang kasar secara langsung dihadapan lawan bicara melainkan di dalam hati dan tidak di hadapan lawan bicara.

Selama menjalani hidup itu entah mengapa dalam diri saya tidak ada perasaan bersalah sedikit pun sampai suatu ketika saya membaca 4 pernyataan. Alhamdulillah melalui 4 pernyataan tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala berkenan memberi saya hidayah sehingga cara pandang saya dalam menjalankan agama dan berdakwah berubah 180 derajat. Agama saya adalah agama yang saya yakini benar sampai ajal menjemput, yaitu Islam. (Mbak Putri dan Para Pembaca Menjadi Saksi).

4 pernyataan tersebut juga menjadi pintu awal saya mendalami agama Islam dari jalur kedua setelah iman kepada Allah yaitu jalur Iman Kepada Yaumil Akhir. (QS Al-Baqarah 2 ayat 177).

Bukan bermaksud mendakwahi (karena ini murni cerita perjalanan keimanan saya), 4 pernyataan yang saya maksud itu adalah Firman Allah subhanahu wa ta'ala, Sabda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Pesan Rasullullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada sahabat Abu Dzar Al-Ghifari ketika menghadapi kemunkaran dan Kalimat hikmah dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, khalifah ke-4 dalam sejarah Islam.

PERTAMA; Firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam Qur'an Surah Al-Ghasiyah 88 ayat 21-22 : 
"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan."
"(karena) Kamu bukanlah orang yang berkuasa (memberi hidayah) atas mereka"

KEDUA ; Sabda Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari Anas yang diriwayatkan dari Imam Ahmad :

"Tidak mengapa jika kamu kalian tidak kagum kepada seseorang sehingga kamu melihat bagaimana usianya ditutup, karena sesungguhnya ada orang yang melakukan amal shalih sepanjang umurnya atau sekejap dari hidupnya yang jika ia meninggal karenanya pasti ia masuk surga, namun ia berubah dan melakukan perbuatan buruk."

"Ada orang yang melakukan amalan buruk sekejap dari hidupnya, jika ia mati karenanya niscaya ia masuk neraka, namun ia berubah melakukan amal shalih"

"Apabila Allah Swt menghendaki kebaikan kepada seseorang hamba niscaya Dia akan memakainya sebelum kematiannya”. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah ”Bagaimana Dia memakainya?” Rasulullah menjawab,”Dia akan menunjukkannya amal shalih lalu Dia mematikannya saat sedang melakukannya.”

KETIGA ; pesan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada sahabat Abi Dzar Al-Ghifari ketika menghadapi kemunkaran :

'Suatu kali Rasulullah bertanya, “Abu Dzar, bagaimana sikapmu jika menjumpai beberapa pembesar yang memungut harta fai’ untuk diri mereka sendiri?” “Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, kalau itu terjadi, aku pasti akan menebas mereka dengan pedangku,” jawab Abu Dzar.

Rasul pun bersabda, “Apakah engkau mau aku tunjukkan yang lebih baik daripada itu? Bersabarlah, hingga kamu bertemu denganku!”

Abu Dzar selalu mengingat pesan itu. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, fitnah umat Islam akan harta masih terkendali. Tapi ketika Umar bin Khattab meninggal dunia, Abu Dzar mulai melihat gejala yang tidak sehat di kalangan sejumlah penguasa Muslim.

Ia pun turun tangan mengingatkan mereka, berjalan melintasi satu daerah ke daerah lain untuk berdakwah pada para penguasa. Tak satupun penguasa curang yang tidak terancam dengan dakwah Abu Dzar. 

Setiap kali melihat Abu Dzar, masyarakat akan menyambutnya dengan kalimat, “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang menumpuk harta dengan setrika-setrika dari api neraka.”

Seandainya sahabat mulia itu ingin membuat pemberontakan, tentu akan segera berkobar. Tapi, Abu Dzar senantiasa menahan diri. Ia ingat pesan Rasulullah untuk tidak menggunakan pedang. Cukuplah ia mencegah, mengingatkan, menasihati, dan bersabar.

KE-EMPAT ; Kalimat hikmah dari Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu:

'Aku khawatir terhadap suatu masa yang rodanya dapat menggilas keimanan. Keyakinan hanya tinggal pemikiran, yang tidak berbekas dalam perbuatan. Banyak orang baik tapi tidak berakal, ada orang berakal tapi tidak beriman.
Ada lidah fasih tapi berhati lalai. Ada yang khusyuk tapi sibuk dalam kesendirian.
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis. Ada ahli maksiat, rendah hati bagaikan sufi.
Ada yang banyak tertawa hingga hatinya berkarat. Ada yang banyak menangis karena kufur nikmat.
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat.Ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut.
Ada yang berlisan bijak tapi tidak memberi teladan. Ada penzina yang tampil jadi figur.
Ada orang punya ilmu tapi tak paham. Ada yang paham tapi tidak menjalankan.
Ada yang pintar tapi membodohi. Ada yg bodoh tapi tidak tau diri.
Ada orang beragama tapi tidak berakhlak. Ada yang berakhlak tapi tidak ber-Tuhan.
Lalu, di antara semua itu, dimana aku berada?"

QS Al-Kahf (18) : 10. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)".

Wallahu a'lam

Comments