tag:blogger.com,1999:blog-34653793647024735132024-03-21T14:29:51.954-07:00GO... SHARIABersatu dalam Aqidah, Toleransi dalam Khilafiyah, Berjamaah Dalam IbadahIrham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.comBlogger248125tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-8850451359732769862024-03-20T09:37:00.000-07:002024-03-21T14:29:18.173-07:00Keadilan Dalam Keridhaan<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJcUT8srVPkkGc5YrIFlV6wQMMBhsGm1GEEkt6UakVh7ooqcSt97ktu2YBHX3Z1-sIaq-OIzJhKkRzvmLFL8rKHCk3YxUbM71JEANYaYyHPq8O7sNxRlspYyHZrBBJdr_Zhv830xCwvn6fzKXUPtosdFcissixX-Wr2LE5y6Bnps5HtKNbiTXW-vXJHHp/s225/download.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="225" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHJcUT8srVPkkGc5YrIFlV6wQMMBhsGm1GEEkt6UakVh7ooqcSt97ktu2YBHX3Z1-sIaq-OIzJhKkRzvmLFL8rKHCk3YxUbM71JEANYaYyHPq8O7sNxRlspYyHZrBBJdr_Zhv830xCwvn6fzKXUPtosdFcissixX-Wr2LE5y6Bnps5HtKNbiTXW-vXJHHp/s1600/download.jpg" width="225" /></a></div><br /><b style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; text-align: justify;"><br /></b><p></p><p><b style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; text-align: justify;">Kenapa Allah menciptakan
golongan Manusia hina hanya untuk dikirim ke Neraka, dan diciptakan golongan Manusia
baik hanya untuk diantar ke Surga. Dimana keadilan
Allah jika ujian yang dibebankan kepada manusia (kedua golongan itu) itu tidak sama beratnya ?</b></p><p><b style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; text-align: justify;">Renungan :</b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Jika kita memandang
Allah dengan cara seperti itu </span><span style="font-family: "Plus Jakarta Sans";">(dengan padangan manusia/dunia)</span><span style="font-family: "Plus Jakarta Sans";">, maka kita tidak akan pernah bisa menemukan
keadilan Allah.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Sama seperti
kenapa Allah menciptakan golongan manusia yang mengalami cacat fisik (penyandang disabilitas) yang pasti
mereka akan mengalami kesulitan hidup lebih besar dari pada golongan manusia
yang sempurna (tidak cacat fisik). <b>Apakah ini keadilan Allah ?<o:p></o:p></b></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Atau Sama seperti
kenapa Allah menciptakan golongan manusia miskin dari generasi ke generasi, yang
pastinya mereka menghadapi masa yang berat. Dimana mereka yang miskin ini berada
disekitar lingkungan manusia yang Allah takdirkan sebagai orang kaya yang hidup
dengan kemewahan. Si Miskin harus bersusah payah dengan keringat untuk mencari
penghidupan, mencari sesuap nasi. Sedangkan si Kaya dengan mudahnya tanpa perlu
susah payah bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. <b>Apakah ini keadilan Allah ?</b>
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Atau Sama seperti
kenapa seorang Alim, yang hidup di dalam keluarga yang baik, sholeh, mendapat
ilmu yang baik, dipermudah segala kondisi untuk melakukan ibadah, dan seakan Allah
membentangkan jalan bagi Si Alim untuk masuk Surga. Pada saat yang bersamaan
Allah ciptakan manusia golongan hina (penuh maksiat) hanya untuk dijauhi,
dicaci, dipermalukan. <b>Apakah ini keadilan Allah ? </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Di Alaska
manusia berpuasa 20 jam, sementara di wilayah Asia manusia berpuasa 12 atau 13
Jam saja. <b>Apakah ini keadilan Allah ?</b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Sekali lagi,</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;"> jika
kita memandang Allah dengan cara seperti itu (dengan padangan manusia/dunia), maka
kita tidak akan pernah bisa menemukan keadilan Allah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Keadilan Allah akan
mampu kita temukan jika kita Ridha menerima takdir-Nya untuk kita dan kita
tetap menjadi golongan manusia yang bersyukur kepada-Nya mampu menghadapi
ujian dengan lapang dada.<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Keadilan Allah
akan ditemukan oleh golongan Manusia hina, jika mereka Ridha dengan takdir yang
saat ini mereka jalani hingga mereka menjadi optimis untuk selalu berusaha bersyukur
dengan memperbaiki diri dari kehinaan menuju kehormatan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Keadilan Allah
akan ditemukan oleh golongan Manusia penyandang disabilitas jika mereka Ridha dengan takdir yang
saat ini mereka jalani saat ini hingga mereka menjadi optimis untuk selalu berusaha
bersyukur dengan bangkit tidak berpangku tangan dalam menata kehidupan mereka
sendiri dan kehidupan bermasyarakat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Keadilan Allah
akan ditemukan </b>oleh golongan Manusia miskin jika mereka Ridha dengan takdir
yang saat ini mereka jalani saat ini hingga mereka menjadi optimis untuk selalu
berusaha bersyukur dengan melakukan segala pekerjaan yang mereka bisa disertai niat
yang baik, cara yang baik dan motivasi yang baik untuk menghidupi diri mereka
hingga mampu keluar menuju takdir Allah yang lain (golongan manusia kaya). Saat
mereka miskin, mereka Ridha dan selalu bersyukur walaupun hanya memiliki
sepiring nasi, tanpa ada sedikit pun iri hati melihat si Kaya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Keadilan Allah
akan ditemukan </b>oleh umat Muslim di Alaska yang berpuasa 20 jam dan mereka tetap
bersyukur menjalaninya tanpa mengeluh dan membandingkan kondisi mereka dengan
kondisi muslim di Asia. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;"><b>Jika kita ingin
menemukan keadilan Allah, maka ridhalah dengan takdirnya, terima dan hadapi segala
cobaan dari-Nya dengan hati terbuka. Orang yang Ridha akan mampu menghadapi
segala ujian-Nya seperti hembusan angin. Allah pasti akan menjadi penolong
baginya. Sementara Orang yang tidak Ridha, maka ia menghadapi ujian-Nya dengan
sesak dada seakan jalan menanjak dan ia tidak akan pernah bisa menemukan
keadilan Allah sampai kapan pun. </b><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Allah Maha Adil,
Allah berhak melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Itulah sebenar-sebenarnya keadilan.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-ansi-language: EN-US;">Allah subhanahu
wa ta’ala berfiman :<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="color: #353935; font-family: "Plus Jakarta Sans"; letter-spacing: -0.15pt; mso-bidi-font-family: Arial;">“Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah
beriman," sedangkan mereka tidak diuji?”</span></i><span style="color: #353935; font-family: "Plus Jakarta Sans"; letter-spacing: -0.15pt; mso-bidi-font-family: Arial;"> [QS Al-Ankabut: 2]<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="background: white; color: black; font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-bidi-font-family: Arial;">“Ataukah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti
(yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan,
penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”</span></i><span style="background: white; color: black; font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-bidi-font-family: Arial;"> [QS Al-Baqarah Ayat 214]</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-bidi-font-family: Arial;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: "Plus Jakarta Sans"; mso-bidi-font-family: Arial;">Diolah dari sumber
asal “Nur” oleh </span><span style="background-color: white; font-family: "Plus Jakarta Sans";">Abu Kamila Alfatih</span></p>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-31736163632510317652023-09-27T19:00:00.004-07:002023-09-27T20:31:46.171-07:00Bagaimana Menyikapi “The Misunderstood Concept” (New Chapter)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBesPP9OUzscaIzI9jmu3jYQgvf7n80b5bb2ZLo-50iD1UN3DbTVqb1VF9cS78FLULwFzuUq40Hlf0eNkSHHcrdMRP47yU58nJlPQQCaYIU7SzuaVs-qItK1fK0kPFlObY4EoDTFMs74g8jRiqUm5-Nf8EPg9TYItxkhlzyleL-YdpahJTm5LeJYM8B1KS/s4032/pexels-emmanuel-avila-12312748.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="color: black; font-family: arial;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBesPP9OUzscaIzI9jmu3jYQgvf7n80b5bb2ZLo-50iD1UN3DbTVqb1VF9cS78FLULwFzuUq40Hlf0eNkSHHcrdMRP47yU58nJlPQQCaYIU7SzuaVs-qItK1fK0kPFlObY4EoDTFMs74g8jRiqUm5-Nf8EPg9TYItxkhlzyleL-YdpahJTm5LeJYM8B1KS/s320/pexels-emmanuel-avila-12312748.jpg" width="240" /></span></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Ya Allah
curahkanlah sholawat kepada junjungan Kami Nabi Muhammad. Sebagai obat hati
dan penyembuhnya. Sebagai penyehat badan dan kesembuhannya. Dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya. Dan semoga sholawat dan salam tercurah pula kepada keluarga serta sahabat-sahabatnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: arial;">Chapter 03</span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Penulis beberapa kali menerima potongan video yang sama, ada <i>influencer </i>di suatu acara <i>podcast</i> berpendapat Bank Syariah
lebih haram dari Bank Konvensional. Sebetulnya, di awal tahun 2023 Penulis telah
menyaksikan acara <i>podcast </i>itu secara utuh. Tiada kata yang dapat diucapkan selain ber-<i>istighfar </i>sembari menggelengkan kepala. Tiada respon yang dapat dilakukan selain mencoba ber-<i>husnudzan</i> jika <i>influencer </i>ini
sedang “<i>slip of the tongue”. </i></span><span><span>Setelah mencermati beberapa video lain dalam topik yang hampir sama milik <i>influencer </i>satu ini, upaya untuk ber-<i>husnudzan </i>tadi<i> </i>mesti<i> </i>diakhiri. </span></span><span>Pernyataan ini menambah daftar “</span><i>The Misunderstood Concept</i><span>” yang mengiringi
perjalanan panjang Bank Syariah di Indonesia selama lebih dari tiga dekade, dimulai
sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada November 1991.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Aplikasi seperti Twitter, Whats App, Telegram, Facebook, Path,
Instagram sampai dengan Youtube telah menjadi media ruang publik. Sebagaimana
pendapat Poespowardojo, dalam Salman, 2017, bahwa "<i>Pemahaman spontan mengenai ruang publik sebagai
ranah yang terbuka bagi setiap orang untuk terlibat
di dalamnya secara bebas terlibat dalam proses
pengambilan keputusan publik. Konsep ruang publik yang demikian hanya mungkin
tercipta melalui proses komunikasi"</i>. Keberadaan aplikasi-aplikasi dimaksud memberikan
kesempatan kepada publik untuk menyalurkan ekspresinya, termasuk memberikan
kesempatan publik untuk mendapatkan informasi dan cara pandang dari konten-konten
yang tersedia di aplikasi.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Disadari atau tidak, media ruang publik telah menjadikan batasan
wilayah pribadi dengan wilayah publik
menjadi tersamarkan. Tidak sedikit masyarakat yang tidak mampu mem-<i>filter</i>
dalam kondisi apa
informasi yang dimilikinya patut dibagi kepada publik. Apakah informasi yang
dimilikinya sudah layak disampaikan atau perlu masih perlu pendalaman atau
bahkan tidak perlu disampaikan menimbang dampaknya. Tersamarnya batas wilayah
pribadi dan wilayah publik, mengakibatkan segala informasi yang dimaksudkan
dalam wilayah pribadi pasti berubah menjadi wilayah publik jika sudah disampaikan melalui
media ruang publik. Informasi wilayah pribadi yang terlanjur tersebar di media ruang
publik dapat memengaruhi publik. J</span><span>ika informasi ini disampaikan oleh seseorang yang memiliki pengikut banyak seperti seorang </span><i>influencer, </i><span>t</span><span>ak jarang akan membentuk opini publik.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Pernyataan Bank Syariah lebih haram dari Bank
Konvensional adalah <i>the misunderstood concept</i> yang menyesatkan. Dikatakan menyesatkan, sebab pernyataan ini berdasarkan asumsi <i>premature</i>, ahistoris dan celakanya penuh dugaan buruk (<i>su’udzan</i>). </span><span><i>Influencer </i>ini secara sadar melabeli Bank Syariah sebagai pihak yang melakukan dosa bunga/riba, menghalalkan yang haram (bunga/riba) dan memperjualbelikan agama. Sementara, pihak yang mengharamkan eksistensi bunga Bank dilabeli sebagai pihak yang memiliki ideologi tertentu dengan motif bisnis.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><i>The
misunderstood concept </i><span>ini </span><span>membuat masyarakat bingung tak
tentu arah terhadap eksistensi ekonomi Syariah di tanah air. <i>T</i></span><span><i>he misunderstood concept </i>pasti</span><span> akan digunakan oknum tidak bertanggung jawab untuk
membuat kegaduhan di tengah masyarakat guna membentuk opini negatif terhadap Bank Syariah. Hal ini akan kontraproduktif dengan
visi menjadikan Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Syariah Dunia dengan perbankan syariah sebagai salah satu program utama sesuai </span><i>masterplan</i><span> Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yang disusun Pemerintah melalui </span><span>Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.</span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Syaikh Muhammad ‘Utsman Syibair dalam kitabnya <i>al-Madkhal ila Fiqhi
al-Mu’amalah al-Maliyyah</i> menulis bahwa <span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">I</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">slam tidak menumbuh kembangkan
suatu muamalah baru dalam</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">
masyarakat A</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">rab saat Islam datang</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">. Masyarakat Arab saat itu telah mengenal akad musyarakah, Ijarah, mudharabah dan (bai) salam. Akad-akad ini kemudian ditetapkan (disahkan) oleh Islam, mengingat aktivitas ekonomi masyarakat Arab saat itu bergantung pada akad tersebut. </span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Cara pandang Islam dalam bidang muamalah (ekonomi) adalah
menged</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">e</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">pankan kemaslahatan</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">bagi para pihak.</span><span lang="IN"> </span><span>Kemaslahatan itu sendiri dapat
diartikan sebagai </span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">pemenuhan hajat
kebutuhan manusia yang akan mendatangkan keselamatan. Sebaliknya, jika kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi maka
yang terjadi adalah kemudharatan/mafsadah, yaitu kesukaran atau kesusahan atau kesulitan yang mendatangkan
bahaya (kerusakan/ketidakselamatan).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span><span style="font-family: arial;"><span lang="IN">Jika </span><span lang="EN-US">ada </span><span lang="IN">transaksi </span><span lang="EN-US">yang </span><span lang="IN">mendatangkan kemaslahatan, </span><span lang="IN">maka Islam</span><span lang="IN"> </span><span lang="EN-US">akan </span><span lang="IN">menyetujuinya</span><span lang="EN-US">. Kaidah ini mengkonfirmasi keputusan </span>Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>
(sebagaimana Chapter 01), tatkala menyetujui pemakaian dinar dan dirham yang
notabene bukan dari Islam sebagai alat pembayaran yang sah (uang) pada masanya.
Terlepas dari hegemoni dua kekuasaan besar dunia pada masa dakwah Rasulullah
<i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, yaitu kerajaan Romawi dan Persia, koin dinar
dari Romawi dan koin dirham dari Persia itu telah menjadi kebutuhan masyarakat
sebagai alat transaksi atau pembayaran. </span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span><span style="box-sizing: border-box;">Dalam analisis lain, Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> menyadari kesulitan dan kelemahan sistim pertukaran (barter) barang dengan barang. Beliau menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan uang (dinar/dirham) dalam transaksi mereka </span><span style="background-color: white;">(Agustianto, 2015). Terlebih sistem barter ini bisa menjerumuskan masyarakat dalam riba, jika barang yang di-barter adalah sama-sama barang ribawi. </span></span><span style="background-color: white;">Sebagaimana hadits antara lain seperti diriwayatkan oleh Ata Ibn Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background-color: white;">Dari Abu Said </span><i style="background-color: white;">radhiallahu 'anhu</i><span style="background-color: white;"> </span><span style="background-color: white;">katanya : </span><i style="background-color: white;">“Pada suatu ketika, Bilal datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa kurma Barni. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Kurma dari mana ini ?” Jawab Bilal, “Kurma kita rendah mutunya. Karena itu kutukar dua gantang dengan satu gantang kurma ini untuk pangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lnilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau lakukan lagi. Apabila engkau ingin membeli kurma (yang bagus), jual lebih dahulu kurmamu (yang kurang bagus) itu, kemudian dengan uang penjualan itu beli kurma yang lebih bagus.”</i><span style="background-color: white;"> (H.R Bukhari Muslim).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background-color: white;">Menurut, Agustianto, 2015, hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi </span><i style="background-color: white;">shallallahu ‘alaihi wa sallam</i><span style="background-color: white;"> memerintahkan agar menjual kurma (yang kurang bagus) terlebih dahulu, kemudian uang penjualan itu digunakan untuk membeli kurma yang berkualitas bagus tadi. Jadi Nabi </span><span style="background-color: white;"><i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i></span><span style="background-color: white;"><i> </i>melarang menukar secara langsung 2 sha’ kurma kurang bagus dengan 1 sha’ kurma yang berkualitas bagus. Perlu diketahui bahwa k</span><span style="background-color: white;">urma termasuk barang ribawi dari rumpun makanan pokok sebagaimana terdapat dalam hadits riwayat Ubadah bin Shamit. </span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Syaikh Muhammad ‘Utsman Syibair, melanjutkan <span lang="EN-US">j</span><span lang="IN">ika</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">ada </span><span lang="EN-US">transaksi yang mendatangkan
kemudharatan, </span><span lang="IN">maka Islam </span><span lang="EN-US">dengan tegas </span><span lang="IN">mengharamkannya. </span><span lang="EN-US">Misalnya, jual beli yang mengandung
ketidakjelasan (<i>gharar</i>). <b>Terakhir, j</b></span><b><span lang="IN">ika </span><span lang="EN-US">kemudian ada </span><span lang="IN">transaksi </span><span lang="EN-US">yang diidentifikasi </span><span lang="IN">memunculkan</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN">2</span><span lang="IN"> </span><span lang="EN-US">(dua) </span><span lang="IN">sisi antara kemaslahatan dan kemudharatan</span><span lang="EN-US">, sementara transaksi ini sangat dibutuhkan (maslahat) oleh masyarakat,
maka Islam akan </span><span lang="IN">memberikan
keringanan </span><span lang="EN-US">(kebolehan) </span><span lang="IN">dengan </span><span lang="EN-US">menetapkan </span><span lang="EN-US">ketentuan, kaidah dan batasan/syarat</span><span lang="IN">.</span></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Dalam kitab <i>al-Madkhal ila Fiqhi al-Mu’amalah al-Maliyyah</i> dikisahkan
tentang sistem jual beli Salam yang sudah ada dan dipraktikkan masyarakat Madinah
sebelum kedatangan Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. Sistem jual
beli Salam adalah jual beli pesanan dengan penyerahan barang di kemudian hari sedangkan pelunasan harga
secara tunai saat transaksi. Singkatnya, uang tunai di depan dan barang diserahkan
beberapa waktu kemudian. Sistem Salam jelas mengandung kemudharatan bagi Pembeli.
Mungkin saja barang tidak bisa diserahkan oleh Penjual yang berujung pada
perselisihan dan konflik. Sisi lain, sistem jual beli Salam sudah menjadi suatu transaksi yang dibutuhkan serta lazim dilakukan masyarakat Madinah saat itu.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Lantas apa yang diputuskan oleh Rasulullah </span><i>shallallahu ‘alaihi wa sallam ? </i><span>apakah
Beliau kemudian meminta masyarakat memikirkan sistem baru lain yang
berbeda, sebab sistem jual beli Salam ini buatan oknum
pada masa jahiliyyah ?</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>membolehkan
sistem jual beli Salam dengan menetapkan ketentuan, kaidah dan batasan/syarat. Sistem jual
beli Salam hanya bisa dilakukan dengan ketentuan bahwa sifat dari takaran, sifat dari timbangan/spesifikasi
dan waktu dari penyerahan barang sudah dijelaskan, diketahui dan disepakati para
pihak di awal akad. Terdapat bahasan dalam fiqh jual beli, dimana sistem jual
beli Salam dikelompokkan menjadi jual beli terhadap sifat barang dalam
tanggungan atau <i>ba’i al-maushufah fi al-dzimmah </i>(Tim Laskar Pelangi PP
Lirboyo, 2013).</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Perbankan bukan lahir dari tradisi Islam, istilah Bank tidak ada dalam Qur’an dan Sunnah, Bank ijtihad orang Yahudi, Bank itu (tetap sistem)
Riba(wi) walaupun dirubah istilahnya dengan menambahkan kata Syariah. Begitu kiranya asumsi-asumsi premature <i>Influencer</i> ini dalam beberapa video. </span><span>Bagaimana
jika kerangka berfikir Syaikh Muhammad ‘Utsman Syibair digunakan dalam
menghukumi sistem transaksi Perbankan (Syariah) saat ini ?</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Tidak
bisa dipungkiri sistem transaksi Perbankan (konvensional) sudah mapan, mengakar dan
menjadi kebutuhan masyarakat. Sistem perbankan adalah <i>backbone</i> lalu
lintas keuangan dalam perekonomian modern. Sayangnya, sistem yang mapan ini adalah
sistem berbasis bunga/ribawi. <span style="background: white;">Sulit
untuk sekaligus keluar dari atmosfir ribawi serta terbebas sama sekali dari
debu-debu sistem bunga. </span>Sementara ahli fiqh menyebut kondisi ini sebagai
<i>Úmumul Balwa</i>/bencana merata (Utomo, 2003).</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sejarah para Ulama pada masa Orde Baru dalam memperjuangkan berdirinya Bank Syariah layak
direnungkan oleh kita semua yang berkepentingan ekonomi Syariah tumbuh subur di negeri ini. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Pada</span><span style="background-color: white;"> tahun 1990, berangkat dari keinginan masyarakat Islam untuk bertransaksi ekonomi (Bank) yang sesuai dengan syariat Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk
kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20
Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga
bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. S</span><span style="background-color: white;"><span>elain mengundang para Ulama, acara lokakarya </span></span><span>MUI yang saat itu dipimpin oleh KH Hasan Basri</span><span> turut mengundang </span><span>pejabat Bank Indonesia, para Menteri terkait dan Ekonom era 1990-an. </span><span style="background-color: white;">Hasil lokakarya ini menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja
pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim
Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan semua pihak yang terkait untuk mendirikan Bank Islam atau Bank tanpa Bunga.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span><span style="background-color: white;">Dalam tulisan bertajuk "<i>Sejarah Bank Muamalat Indonesia ; Antara MUI, ICMI dan Soeharto (</i></span></span><span style="background-color: white;">tirto.id) </span><span style="background-color: white;">diceritakan bahwa melalui KH Hasan Basri dan KH Amin Azis ide pendirian Bank tanpa Bunga (Bank Islam) disampaikan kepada Baharudin Jusuf Habibie (Pak Habibie) yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Pada saat pendirian Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dimana Pak Habibie ditunjuk sebagai Ketua Umum, Pak </span><span style="background-color: white;">Habibie mendukung pendirian bank tanpa bunga
yang menurutnya sejalan dengan visi dan misi ICMI. Sementara sebagai menteri,
ia merasa bahwa ide tersebut sesuai dengan rencana kerja pemerintah. Ia pun
kemudian menghadap Soeharto. </span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Alhasil, Pemerintah, Dewan Ulama dan ICMI sepakat mendirikan Bank Muamalat
Indonesia, meskipun diksi ‘Islam’ dihapus dari yang seharusnya adalah Bank Muamalat
Islam Indonesia. </span><span style="background: white;">Presiden Soeharto
beranggapan karena kata 'Muamalat' sudah memberitahu orang bahwa bank itu berlandaskan syariat
Islam. </span><span>(https://www.cnbcindonesia.com).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Dari para Ulama kita belajar usaha menegakkan kaidah Syariah dalam ekonomi perlu
dilakukan tahap demi tahap dengan perencanaan yang matang. Menegakkan kaidah Syariah dalam ekonomi membutuhkan keterlibatan semua pihak untuk menyamakan persepsi, merumuskan cita-cita bersama mewujudkan transaksi ekonomi (Bank) yang sesuai dengan Syariah. Tentu usaha ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, sangat menguras energi dan sumber daya. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span><b>Kita juga belajar, para Ulama saat itu
tetap mengadopsi sistem perbankan dengan menetapkan ketentuan, kaidah dan batasan/syarat bukan menolak mutlak sistem
perbankan yang sudah mapan, mengakar dan menjadi kebutuhan masyarakat. Para Ulama tidak berijtihad untuk menghalalkan sistem pembungaan dari transaksi pinjaman Bank atas dasar argumentasi fiqh kontemporer atau <i>rukhshah</i> dari kondisi <i>'Umumul Balwa</i>. </b></span><span><b>Sistem </b></span><span><b>bisnis perbankan berdasarkan pembungaan pada transaksi pinjaman uang (riba nasi'ah) dirubah dan dibatasi. Dewan Ulama membuat
ketentuan pengambilan keuntungan harus melalui transaksi jual beli, sewa/jasa atau
kerjasama yang notabene merupakan transaksi bisnis. Sementara untuk transaksi pinjaman yang notabene masuk klasifikasi transaksi sosial dibatasi harus dilakukan tanpa bunga.</b> </span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Dalam tingkat yang lebih lanjut, Dewan Ulama membuat ketentuan Bank Syariah tidak boleh melakukan transaksi pertukaran piutang dengan uang sebagai alat pembayaran. Pertukaran dimaksud hanya bisa dilakukan jika alat pembayaran melibatkan barang (riil sektor). Uang yang akan digunakan sebagai alat pembayaran atas transaksi pertukaran piutang harus dikonversi terlebih dahulu menjadi barang melalui aktivitas jual beli di pasar barang/komoditas. Ragam ketentuan, kaidah dan batasan/syarat inilah </span><span>yang kemudian secara bertahap dibiasakan kepada
Bank Syariah dan dijelaskan kepada masyarakat.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Khalifah Umar Bin Abdul Aziz pernah berkata <i>”…Wahai anakku, jangan
tergesa-gesa. Sesungguhnya Allah menghapus (mengharamkan) khamr dalam al-Qur’an
dua kali sampai diharamkannya oleh-Nya pada kali ketiga. Aku takut jika aku
mengajak manusia dalam kebenaran sekaligus, mereka akan meninggalkannya
sekaligus dan menjadi fitnah…”</i>. Jika kita melihat kondisi masyarakat yang
belum siap menerima, melaksanakan dan menunaikan ajaran Islam secara kaffah,
bahkan jika diterapkan akan memberikan masalah (mudharat) yang lebih besar,
maka boleh memprioritaskan penahapan dengan perencanaan hingga bisa menerapkan
nilai ekonomi Syariah secara sempurna (Sahroni, 2022).</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="background: white; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-color-alt: windowtext;"><span style="font-family: arial;">Wallahu a’lam</span></span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="background: white; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-color-alt: windowtext;"><span style="font-family: arial;">Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq</span></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Selamat Memperingati Maulid Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>...</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><span style="font-family: arial;">Bersambung
pada Final Chapter, <i>in syaa allah.</i></span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><span style="font-family: arial;"><i><br /></i></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span>Chapter 01 dan Chapter 02 ; <a href="https://irham-anas.blogspot.com/2023/09/bagaimana-menyikapi-misunderstood.html">https://irham-anas.blogspot.com/2023/09/bagaimana-menyikapi-misunderstood.html</a></span><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Sumber gambar ; pexels.com</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span><span style="background: white; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background: white; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;">baca</span><span style="background-color: white;"> juga :</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><br /><b>Bank Syariah Dihujat</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br /><br /><b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br /><br /><b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: arial;"> </span></o:p></p>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-74145397040832235442023-09-23T22:41:00.011-07:002023-09-27T19:08:35.154-07:00Bagaimana Menyikapi “The Misunderstood Concept”<p><b style="text-align: justify;"></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhybjXwXnsvTEmn2DkX0nUH2rpNMAVNZg1FHqownCSJ17YhUWb9qlk630tfaSrFQTuCS0EHCe2bprY3ZiXIk4FP7_JWWm2PQWwdeBhnpsEdglN731luug3LmQUvHFiT9DuRzs7RDf-9DJ0m4tARheT8lNIduRLeCB4qygSOIz8R2_mfFltPRqDv3RqimuGZ" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: arial;"><img alt="" data-original-height="409" data-original-width="610" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhybjXwXnsvTEmn2DkX0nUH2rpNMAVNZg1FHqownCSJ17YhUWb9qlk630tfaSrFQTuCS0EHCe2bprY3ZiXIk4FP7_JWWm2PQWwdeBhnpsEdglN731luug3LmQUvHFiT9DuRzs7RDf-9DJ0m4tARheT8lNIduRLeCB4qygSOIz8R2_mfFltPRqDv3RqimuGZ" width="320" /></span></a></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><b style="text-align: justify;"><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Chapter 01</span></b></b></div><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Pegiat Ekonomi Syariah era 2000-an mesti tidak asing dengan kritik tidak
syariah-nya Bank Syariah yang pernah
disampaikan oleh cendikiawan seperti Abdullah Saeed, Umar Ibrahim Vadillo, Imran
N Hosein, Zaim Saidi dan lainnya. Sebut saja Zaim Saidi. Bagi Zaim Saidi sistem
Bank Syariah bukanlah sistem yang bebas dari Riba. Sebab, riba bukan hanya
sekedar bunga bank, tetapi sistem perbankan itu sendiri. Ia juga pernah
mengungkapkan bahwa antara Bank Konvensional dan Bank Syariah memang tidak 100%
sama tetapi 99,9% sama saja. Perbankan Syariah mungkin bebas dari sistem bunga,
tapi hampir mustahil terbebas dari sistem ribawi (Risna, 2021).</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sistem
ribawi yang dimaksud Zaim Saidi adalah penggunaan uang kertas/<i>fiat money </i>sebagai
alat tukar atau alat pembayaran. Zaim Saidi kemudian mendirikan Wakala Induk
Nusantara untuk mengkampanyekan penggunaan Dinar dan
Dirham. Langkah Zaim terinspirasi dari gurunya Umar Ibrahim Vadillo yang lebih
dahulu mencetak koin dinar dan dirham di
Spanyol pada 1992, setelah ia (Umar Vadillo) mengeluarkan fatwa uang kertas
haram sebagai alat tukar/pembayaran. Zaim Saidi sempat
tersandung kasus Pasar Muamalah dimana koin dinar-dirham dijadikan sebagai
alat pembayaran. Pada Oktober 2021, Zaim
mendapatkan vonis bebas dari Pengadilan Negeri Depok.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;">Kritik ketidaksyariah-an Bank Syariah didasarkan
penolakan strategi “Syariatisasi” bisnis perbankan yang notabene bukan berasal
dari Islam dan penggunaan uang kertas oleh Bank Syariah yang seharusnya
diganti dengan mata uang Islam yaitu dinar dan dirham. </span><span style="background: white; color: black; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-color-alt: windowtext;">Pertanyaannya adalah apakah sesuatu
yang bukan berasal dari Islam mutlak harus ditolak ? dan Apakah bertransaksi
dengan alat pembayaran (baca : uang) selain dinar dan dirham harus dihukumi
haram ?</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Dinar dan dirham bukan berasal dari Islam.
Dinar yang merupakan koin emas berasal dari Kerajaan Romawi Timur. Sementara, dirham
yang merupakan koin perak berasal dari Persia (sebelum Islam datang).<span style="background: white;"> </span>Ketika Rasulullah <i>shallallahu
‘alaihi wa sallam</i> datang ke Mekkah, Beliau menyetujui pemakaian dinar dan
dirham sebagai alat pembayaran yang sah (baca ; uang) pada masanya. <span style="background: white;">Secara resmi di dalam
sejarah Islam, dinar pertama kali diresmikan sebagai koin Islami pada abad 7 Masehi di masa Khalifah Abdul Malik,
khalifah kelima dari lingkungan Dinasti Umayyah. Abdul
Malik inilah yang memperkenalkan koin yang didasarkan pada model koin Yunani
dan Romawi ini (Syafiq Hasyim, 2021).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Sejarah pernah mencatat<i> </i>keinginan <i>Amiirul Mukminiin</i> Umar bin
Khattab <i>radhiallahu ánhu </i>mencetak uang dari kulit onta. Niat tersebut kemudian batal dikarenakan besarnya
potensi kerugian jika niat ini dilaksanakan, yaitu akan terjadi kelangkaan
terhadap hewan onta. Suatu benda baru bisa disebut uang dengan memenuhi
minimal dua syarat ; i) substansi benda tidak bisa dimanfaatkan secara langsung
melainkan hanya sebagai media untuk memperoleh manfaat dan ii) dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki otoritas
untuk menerbitkan uang seperti bank sentral (Abdillah, 2022).</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Banyak diskursus terjadi dalam kurun waktu tahun 2000-an. Kubu pro dan
kontra Bank Syariah saling
menyampaikan argumentasi di berbagai mimbar akademis pada polemik “seksi” ini. Masyarakat cenderung
mudah menerima bahwa kehadiran Bank Syariah menjadi warna baru dalam industri
perbankan nasional. Sepanjang Bank Syariah telah mengklaim produknya sudah sesuai
syariah yang didukung dengan perubahan legalitas, prosedur dan perubahan
kontrak bisnis, maka hal ini cukup menjadi bukti bahwa Bank Syariah benar berbeda
dari Bank Konvensional.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: arial;">Chapter 02</span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Selang ratusan purnama kemudian (baca ; 2010-an), diskursus tentang Bank
Syariah masuk ke level berikutnya. Sebelumnya masyarakat cukup diyakinkan bahwa
kontrak bisnis produk Bank Syariah sudah sesuai Syariah dengan merubah istilah
dan prosedur. Namun demikian, penjelasan perubahan kontrak bisnis tidak cukup menyakinkan
masyarakat bahwa produk tersebut sudah sesuai prinsip Syariah. Jika calon
nasabah ditawarkan produk tabungan dengan akad wadiah, pertanyaan berikutnya
adalah bagaimana akad wadiah itu diterapkan, bagaimana pemenuhan rukun dan
syaratnya, siapa bertindak apa dan pertanyaan teknis lainnya. Tenaga pemasar
mulai dituntut harus mampu menjelaskan dengan narasi yang tepat bagaimana
mekanisme dari perubahan istilah dan prosedur tadi dipraktikkan oleh Bank Syariah.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Pada periode ini kritik dari cendikiawan seperti Muhammad Arifin Badri,
Hafidz Abdurrahman, Erwandi Tarmidzi, Ammi Nur Baits dan lainnya menyoal sisi teknis
transaksi dengan pendekatan pendapat fiqh klasik. Kritik-kritik ini kemudian bersimpul
membentuk opini Bank Syariah belum 100% murni Syariah. Tidak sedikit ada oknum “Mendadak
Mufti” menebar kegaduhan di dunia maya berfatwa membolehkan menyimpan uang di Bank
Konvensional tanpa <i>udzur</i>. Syaratnya cukup dengan menghilangkan bunga di
tabungan mereka. Bunga itu sendiri telah ditetapkan sebagai bentuk praktik riba
yang diharamkan berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (<i>Interest/Fa’idah</i>).
Oknum “Mendadak Mufti” ini tidak segan mengajak masyarakat untuk mulai meminta
penghapusan bunga pada simpanan mereka di Bank Konvensional.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Kritik ketidakmurnian Bank Syariah didasarkan pada
dugaan terjadinya diskrepansi antara praktik bisnis dengan pendapat fiqh yang diklaim
paling shahih (valid) dan rajih (kuat). Celakanya, sekelompok masyarakat juga menggunakan
klaim tersebut untuk menegasikan pendapat fiqh yang telah disepakati dalam
ijtihad kolektif dewan ulama yaitu Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia/DSN MUI. Tak jarang dewan ulama juga menjadi sasaran “<i>tahdzir</i>”
mereka. Produk pendapat fiqh hasil ijtihad kolektif ulama DSN MUI adalah Fatwa
DSN MUI. Fatwa inilah yang menjadi rujukan praktik bisnis perbankan Syariah di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Dikutip
dari tulisan bertajuk "<i>Understanding The Misunderstood Concept</i>"
pada situs <a href="http://www.mui.or.id/"><span color="windowtext" style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">www.mui.or.id</span></a> ; <i><span style="background: white;">“Pengkritik ini
biasanya baru masuk ke dalam industri keuangan dengan idealisme tertentu dalam pikirannya. Ketika
mereka merasakan ada diskrepansi antara idealisme dengan apa yang mereka
rasakan dalam industri, mereka mengkritiknya secara frontal.Dengan terburu-buru
mereka menyimpulkan bahwa praktik keuangan syariah saat ini tidak sesuai dengan
ketentuan syariah. Kesimpulan seperti ini jelas berbahaya bagi dirinya dan
lembaga keuangan syariah karena didasarkan pada kebodohannya sendiri. Berbahaya
bagi dirinya karena kebodohan tidak akan mengantarkan kepada kebenaran.
Berbahaya bagi pihak lain karena kebedohannya itu akan ditularkan kepada
masyarakat sehingga mereka menjadi bingung dan tidak menentu.”</span></i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Pertanyaannya adalah apa
kriteria dari 100% murni Syariah ? dan Pendapat fiqh mana yang otoritatif dijadikan
rujukan praktik bisnis perbankan Syariah ?</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background: white;">Seluruh prosedur bisnis
Bank Syariah pasti patuh terhadap prinsip Syariah (Sholihin, 2019). Prosedur bisnis disusun dengan
memperhatikan ketentuan Fatwa DSN MUI dan pendapat dari Dewan
Pengawas Syariah (DPS). </span>Mereka yang terlanjur latah
dengan ungkapan belum 100%
murni Syariah, tidak akan mampu menjelaskan kriteria <span style="background: white;">100% murni Syariah. Ketidakmampuan tersebut
bukan berasal dari kebodohan mereka, melainkan istilah 100% murni Syariah itu
sendiri sudah bermasalah sejak awal. Kalau pun mereka didesak untuk
menjelaskan, jawaban paling umum adalah tidak boleh ada denda keterlambatan, tidak
boleh ada sita jaminan, tidak boleh ada asuransi dan larangan lainnya. Jawaban
seperti ini menjadi musik lawas dari </span>kaset usang
yang terus diputar berulang-ulang.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background-color: white; font-family: arial;">Kita sepakat tidak boleh
menutup mata dari dari kondisi praktik di lapangan yang mengakibatkan proses
bisnis Bank Syariah berpotensi melanggar Syariah. Kondisi pelanggaran ini dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terpenuhi atau tidaknya kriteria rukun dan syarat
akad yang telah disepakati berdasarkan “frame” Fatwa DSN MUI. Sebagai
contoh, salah satu rukun yang harus dipenuhi dari akad murabahah adalah barang
yang diperjualbelikan. Jika rukun lain akad ini terpenuhi, sementara rukun adanya barang
tidak mampu dipenuhi, maka akad murabahah ditetapkan melanggar Syariah. Tidak
bisa kemudian dinyatakan akad murabahah ini dinyatakan baru 75% murni Syariah belum 100%. Prinsip
Syariah bukan zat cair yang bisa dihitung kadarnya menggunakan angka
persentase.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background-color: white;">DSN MUI merupakan lembaga
yang melaksanakan tugas MUI dalam menetapkan fatwa dan mengawasi penerapannya
melalui organ-nya yaitu DPS. DSN MUI berperan aktif mengembangkan usaha bidang di
bidang ekonomi, bisnis dan keuangan Syariah. Sesuai jargon yang akrab didengar “Memasyarakatkan
Ekonomi Syariah dan Mensyariahkan Ekonomi Masyarakat”. </span><span style="background-color: white;">Kewenangan penetapan fatwa oleh DSN-MUI pada awalnya
didasarkan karena faktor historis </span><span style="background-color: white;">dan sosiologis,
kemudian menyusul dari aspek yuridis dalam berbagai peraturan
perundang-undangan (Tambunan, 2023).</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background: white;">Secara yuridis, sejak
tahun 2008, DSN MUI (baca : MUI) menjadi satu-satunya lembaga yang diberikan
kewenangan oleh Negara untuk menetapkan fatwa di bidang ekonomi Syariah. Hal
ini dapat dilihat dalam beberapa peraturan perundang-undangan seperti ; UU
Perbankan, UU Perbankan Syariah, UU Bank
Indonesia dan UU lainnya. Lebih dari itu, UU No.4 tahun 2023 tentang
Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) yang merupakan Omnibus Law
bidang keuangan, kewenangan
DSN MUI dikuatkan kembali secara yuridis formal sebagaimana penjelasan Pasal 337
huruf h <i>“</i></span><i>semua istilah "Majelis Ulama
Indonesia" yang sudah ada<span style="background: white;"> </span>sebelum Undang-Undang ini berlaku dalam
perundangundangan<span style="background: white;"> </span>di sektor keuangan dibaca sebagai "lembaga<span style="background: white;"> </span>yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di<span style="background: white;"> </span>bidang syariah".</i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background: white;">Fakta lain, Mahkamah
Konstitusi dalam pertimbangan hukumnya pada Putusan Perkara Nomor
65/PUU-XIX/2021 dan Putusan Perkara Nomor 100/PUU-XX/2022 mengemukakan bahwa kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah diserahkan kepada MUI karena memiliki landasan
historis, sosiologis dan yuridis. Di samping terdapat kesepakatan bersama
antara pembuat undang-undang yaitu Pemerintah dan DPR dalam rangka terjadinya
ketertiban dan kepastian hukum. MUI merupakan
rumah besar umat Islam di Indonesia dan merupakan representasi dari ormas-ormas
Islam di Indonesia. Selama ini fatwa-fatwa yang diterbitkan MUI diterima dengan
sangat baik oleh Masyarakat muslim
Indonesia. (Tambunan, 2023). Fatwa DSN MUI terkait ekonomi Syariah adalah pendapat fiqh yang
otoritatif dijadikan rujukan Bank Syariah</span><span style="background: white;">.</span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-color-alt: windowtext;">Wallahu a’lam</span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-color-alt: windowtext;">Wallahul muwaffiq ila
aqwamith thariq</span></i></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;">Bersambung pada Chapter 03, <i>in syaa Allah.</i><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;">Sumber gambar ; Republika Online Mobile</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span style="background: white; color: black; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;">baca</span><span style="background-color: white;"> juga :</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="background: white; color: black; font-family: arial; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID; mso-font-kerning: 0pt; mso-ligatures: none;"><br /><b>Bank Syariah Dihujat</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br /><br /><b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br /><br /><b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br /><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></span></p>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-82641409567686666052021-11-19T02:15:00.004-08:002021-11-19T02:16:18.669-08:00Restrukturisasi Pembiayaan Nasabah Terdampak Covid 19<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmB9kiADIAlhI7kkSYU1h3qrKHS5bXRQga9unoKRFqgVM4U9VsVzct4hUWvF6vkBa4hau43LvEA-jcqorgUlUzb9bs0YZ42kif7bPiThs5Scw1U3ap7lJzWlgfz5n0WZZPvFfiMBr-nAWh/s922/Covid+19.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="922" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmB9kiADIAlhI7kkSYU1h3qrKHS5bXRQga9unoKRFqgVM4U9VsVzct4hUWvF6vkBa4hau43LvEA-jcqorgUlUzb9bs0YZ42kif7bPiThs5Scw1U3ap7lJzWlgfz5n0WZZPvFfiMBr-nAWh/s320/Covid+19.jpg" width="320" /></a></div><p>Restrukturisasi merupakan upaya perbaikan yang dilakukan dalam aktivitas perkreditan/pembiayaan terhadap nasabah yang berpotensi mengalami kesulitan pembayaran. Dalam konteks Pandemi Covid 19, restrukturisasi dibutuhkan untuk meringankan beban ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi. Restrukturisasi pembiayaan Nasabah terdampak Covid 19, dilakukan dengan memberikan keringanan pembayaran angsuran.</p><p>Bank Syariah tidak diperkenankan menambah tagihan pada saat melakukan restrukturisasi pembiayaan, khususnya pada restrukturisasi pembiayaan murabahah dan ijarah (multijasa).</p><p>Selengkapnya di : <a href="http://jurnal.steirisalah.ac.id/index.php/rabbani/article/view/33">http://jurnal.steirisalah.ac.id/index.php/rabbani/article/view/33</a></p>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-19960660509360940552020-10-06T17:50:00.006-07:002021-01-15T22:26:45.855-08:00Dialektika Penyimpangan Akad Murabahah di Bank Syariah<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="text-align: left;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Abstraksi</span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Penelitian ini bertujuan
memberikan ide penyempurnaan praktik pembiayaan murabahah dari dialektika
penyimpangan akad murabahah di bank syariah. Tipe penelitian ini adalah
kualitatif - normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual. Data penelitian meliputi data primer dan data sekunder.
Teknis pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka sumber hukum
primer, naskah penelitian dan referensi internet serta wawancara kepada
pihak yang dianggap kompeten.</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Berdasarkan hasil dan
pembahasan, </span><span lang="FI" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: FI; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">penulis mencatat sebanyak <b>14 permasalahan
praktik akad murabahah yang dinilai menyimpang</b>. </span><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Kritik
terbanyak tentang penyimpangan praktik akad murabahah ada pada isu penguasaan
barang sebelum dijual secara murabahah kepada nasabah dan isu perhitungan
margin keuntungan murabahah yang mengikuti konvensional. Rekomendasi penelitian
ini adalah pada penyempurnaan konsep implementasi akad murabahah, penyempurnaan alur
pembiayaan murabahah dari sisi penguasaan barang dan penyusunan pedoman
pemenuhan prinsip syariah pembiayaan murabahah untuk fase <i>ex ante</i>.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><i><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Kata Kunci </span></i></b><b><i><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">:</span></i></b><i><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> Bank syariah, penyimpangan </span></i><i><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">murabahah, </span></i><i><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">penyempurnaan<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><i><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><br /></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Hasil Penelitian Terdahulu Yang Terkait</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sumber kritik penyimpangan akad murabahah dalam penelitian ini berasal dari dari delapan belas literatur, yaitu </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">empat buku, satu disertasi dan empat belas jurnal penelitian. Berikut catatan dari empat literatur jurnal tentang fakta dan kritik penyimpangan praktik akad murabahah pada Bank Syariah.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Jurnal Penelitian Pertama dan Kedua</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.8pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Penelitian yang dilakukan oleh Sofyan Sulaiman pada tahun 2016 berjudul <i>Penyimpangan Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah di Indonesia</i>. Dipublikasikan pada Jurnal Ekonomi Syariah IQTISHODIA, Vol 1 No. 2. Penulis mengungkapkan 4 penyimpangan praktik akad murabahah meliputi; pelanggaran syarat <i>milkiyah</i>, Pelanggaran syarat <i>ra’sul māl</i> <i>ma’lūm</i>, penempatan akad yang tidak tepat dan melibatkan <i>maysir </i>dalam perhitungan margin keuntungan. Namun tidak memberikan solusi. Dalam penelitiannya yang lain berjudul <i>Evaluasi Praktik Murabahah pada Perbankan Syariah Di Indonesia Sebuah Analisis Fiqh</i> memberikan rekomendasi yang masih bersifat normatif.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.8pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Jurnal Penelitian Ketiga</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.8pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Penelitian kelompok yang dilakukan oleh Mukti Afif, Richa Anggkita, Mulyawisdawati pada tahaun 2016 yang berjudul <i>Celah Riba Pada Perbankan Syariah Serta Konsekwensinya Terhadap Individu, Masyarakat dan Ekonomi</i>. Dipublikasikan pada Jurnal CAKRAWALA. Vol. XI, No. 1. Penulis mengungkapkan sebanyak 3 kritik praktik akad murabahah meliputi ; penggunaan wakalah, perhitungan margin murabahah dan denda murabahah. Namun tidak memberikan solusi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.8pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Jurnal Penelitian Ke-empat</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yunita pada tahun 2017 berjudul <i>Problematika Status Kepemilikan Obyek Akad Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia</i>. Dipublikasikan pada Jurnal Hukum Ekonomi Islam. Vol. 1 No. 1. Fokus penulisan adalah mengungkap fakta bank syariah belum secara murni menjadi pemilik objek akad pembiayaan murabahah dan penulis memberikan rekomendasi yang masih bersifat normatif.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Unsur Kebaruan Dalam Penelitian</span></b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Unsur kebaruan dalam penelitian ini yang tidak ditemukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya meliputi ; <i>i)</i> pemetaan terhadap kritik-kritik penyimpangan praktik pembiayaan murabahah dari penelusuran delapan belas referensi untuk kemudian </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: FI; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">diklasifikasikan secara lebih sistematis berdasarkan rukun akad dan teknis perbankan, <i>ii)</i> <b>penulis melakukan penelaah kembali argumentasi atas kritik yang ada untuk kemudian menghasilkan kesimpulan yang menguatkan kritik atau memberikan sanggahan terhadap kritik serta merumuskan alternatif rekomendasi perbaikan yang praktis</b>, iii) dilakukan penjabaran kembali alur praktik murabahah dengan berfokus pada perbaikan sisi penguasaan barang yang menjadi isu terbanyak dari penyimpangan praktik pembiayaan murabahah di bank syariah dan <i>iv)</i> dilakukan penyusunan pedoman sederhana untuk pemenuhan prinsip syariah dalam akad murabahah berdasarkan rukun akad yang dapat digunakan oleh praktisi, akademisi dan masyarakat untuk menilai kecukupan pemenuhan syariah dari konstruksi praktik pembiayaan murabahah pada fase <i>ex ante</i> (sebelum akad terjadi).</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: FI; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Slide 1</span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"></span></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG4MnQGgqvbn6jviBfnL5Srp9x_BZ0mN9WodcE5WoVpf362bVDmpqqk4v8ANxWSwtYvQIyNsirDshhRcnSQHBUv_qSvi5aoICoAVaxY9xeIKQFIu2x_HGLBx8GMOxHnXr_tu1f7Tpd_wuZ/s1430/Penelitian+1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1430" height="485" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG4MnQGgqvbn6jviBfnL5Srp9x_BZ0mN9WodcE5WoVpf362bVDmpqqk4v8ANxWSwtYvQIyNsirDshhRcnSQHBUv_qSvi5aoICoAVaxY9xeIKQFIu2x_HGLBx8GMOxHnXr_tu1f7Tpd_wuZ/w640-h485/Penelitian+1.jpg" width="640" /></a></b></div><b><br /></b><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: -3.75pt; margin-top: 0cm; margin: 0cm -3.75pt 0cm 0cm; text-align: justify;"><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Slide 2</span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 13.5pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAv779xmsAw7uqJM9cvOiGoSUjTqQ2uQEs4YqLUQKgFw9eOWZv5r04eeDtPfkFZ-DZYocMNKYdLd9emerTdmgZ7p3deu344SH-GQNjjac0VpGxJ-jsndpfQEQgFx7Nqvj3gBL0wqcLanb9/s1434/Penelitian+2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1434" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAv779xmsAw7uqJM9cvOiGoSUjTqQ2uQEs4YqLUQKgFw9eOWZv5r04eeDtPfkFZ-DZYocMNKYdLd9emerTdmgZ7p3deu344SH-GQNjjac0VpGxJ-jsndpfQEQgFx7Nqvj3gBL0wqcLanb9/w640-h482/Penelitian+2.jpg" width="640" /></a></div><br /> <b style="text-indent: 36pt;"><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Slide 3</span></b><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYKGD7lcRwUeVcojZUzAydI2YwyzlyQsarCgMLe1rhfa0B1sI5az3UbtWq3z9lw-yQ9xNbIEMcY7OHBUsFTVoPCUYV-n2aqmBPhTSGmWpw_yeuIh1rlDwyiY0GrDLdM__Y85heWYX2IyDs/s1429/Penelitian+3.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1057" data-original-width="1429" height="474" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYKGD7lcRwUeVcojZUzAydI2YwyzlyQsarCgMLe1rhfa0B1sI5az3UbtWq3z9lw-yQ9xNbIEMcY7OHBUsFTVoPCUYV-n2aqmBPhTSGmWpw_yeuIh1rlDwyiY0GrDLdM__Y85heWYX2IyDs/w640-h474/Penelitian+3.jpg" width="640" /></a></b></div><b><br /><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Slide 4</span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JtrkBacXHOEICFkIvjXnsAHPGRGPLynjUyx-Pi0o7QfS87iUEIV6Si0vNqR9QwyDpuHcedi2ouUhfYO34c1Z6QWTnYywkSH6Nq1fn4NgC3cfqgGi2IWG0CgewRkKDkjKeeqTpghpsmy7/s1432/Penelitian+4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1432" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0JtrkBacXHOEICFkIvjXnsAHPGRGPLynjUyx-Pi0o7QfS87iUEIV6Si0vNqR9QwyDpuHcedi2ouUhfYO34c1Z6QWTnYywkSH6Nq1fn4NgC3cfqgGi2IWG0CgewRkKDkjKeeqTpghpsmy7/w640-h482/Penelitian+4.jpg" width="640" /></a></b></div><b><br /><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Slide 5</span></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhumE6caUSF3AVrOj2g8Yjoi7Tj57qQnPEmcOZ3TatLQdaVqMQrJA0U6JTOTyhyQWhXNu3H3kj5GS_NlyG_JfPdmbOIBv4bUQL3zD_I2Vipv9SuS8rkCiHYOtCTty_mGQURsm8Zx7lBmmKc/s1426/Penelitian+5.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1426" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhumE6caUSF3AVrOj2g8Yjoi7Tj57qQnPEmcOZ3TatLQdaVqMQrJA0U6JTOTyhyQWhXNu3H3kj5GS_NlyG_JfPdmbOIBv4bUQL3zD_I2Vipv9SuS8rkCiHYOtCTty_mGQURsm8Zx7lBmmKc/w640-h484/Penelitian+5.jpg" width="640" /></a></b></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><b>http:<a href="http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Senan/article/view/8419">//openjournal.unpam.ac.id/index.php/Senan/article/view/8419</a></b></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">baca juga :</span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Bank Syariah Dihujat</span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><span style="color: #0a719c;"><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sohib dan Solmed Punya Cerita</span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><span style="color: #0a719c;"><a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><span style="color: #0a719c;"><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;">Sharia Business Intelligence</span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-ID;"><a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html"><span style="color: #0a719c;">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</span></a><o:p></o:p></span></p><br /><p></p>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-16315920391995872182020-07-16T01:54:00.000-07:002020-07-16T01:54:15.685-07:00KEHATI-HATIAN DALAM MEMAHAMI TEKS<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHPgWbJ3SNXWJA4Ww2aHWLVY0ouSw-Rxhnb5IxFRB85jsQ0yuEEO6SQFJT86rYfSMHyarHJUI6KXfEBar1J2tK9XLG1JWuWbU3jcBbsB5E7LiMKPym85zUO1A0N-Plf4pOJEenSAIv5ibm/s1600/Teks+1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="446" data-original-width="720" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHPgWbJ3SNXWJA4Ww2aHWLVY0ouSw-Rxhnb5IxFRB85jsQ0yuEEO6SQFJT86rYfSMHyarHJUI6KXfEBar1J2tK9XLG1JWuWbU3jcBbsB5E7LiMKPym85zUO1A0N-Plf4pOJEenSAIv5ibm/s400/Teks+1.jpeg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA3VSkHhJgyCPLGluGbTsI1bdHzhSmVQEnwwNFEqXKBiTZaEYh1kvQS7e6t-UOXsAY8VFHeyVqBK48bQq2-qkMTUtzGDazckGV5qMnik2dxTsP8OEk1MWFWBFUYqFUbWm5nVeBmXvldi_j/s1600/Teks+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA3VSkHhJgyCPLGluGbTsI1bdHzhSmVQEnwwNFEqXKBiTZaEYh1kvQS7e6t-UOXsAY8VFHeyVqBK48bQq2-qkMTUtzGDazckGV5qMnik2dxTsP8OEk1MWFWBFUYqFUbWm5nVeBmXvldi_j/s400/Teks+2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-1935207436627014512020-07-07T22:39:00.001-07:002020-07-07T22:39:40.867-07:00IJTIHAD dan PENERAPANNYA DALAM EKONOMI KEUANGAN<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqE42HPlCTksoU6a1vtTo73ilOSVMc7UUZAPl9q0UIU93IhVv6Tjp4B5j56HsZG7jksx7MCfO4QOKydZL6YaJM3MTz_hB5zZB88NfCOedlf1fEX5rS_Gnn7dyM38OwILPZgLEKmva5BagW/s1600/Ijtihad+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1058" data-original-width="1429" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqE42HPlCTksoU6a1vtTo73ilOSVMc7UUZAPl9q0UIU93IhVv6Tjp4B5j56HsZG7jksx7MCfO4QOKydZL6YaJM3MTz_hB5zZB88NfCOedlf1fEX5rS_Gnn7dyM38OwILPZgLEKmva5BagW/s400/Ijtihad+1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS7Adx_xGORDqE1yiqFN8tEqKU3wYwQKA1KZXcnxJVb8KIkd-7V2vh3zWydcmAtQlKn_pxxBBsCpXfmWoYSJ3bRhHYmE8_ALXVKY2padHUJLFI8zcBJFcbkiWUfPpT463G1PRmXuUIc7cF/s1600/Ijtihad+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1053" data-original-width="1429" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiS7Adx_xGORDqE1yiqFN8tEqKU3wYwQKA1KZXcnxJVb8KIkd-7V2vh3zWydcmAtQlKn_pxxBBsCpXfmWoYSJ3bRhHYmE8_ALXVKY2padHUJLFI8zcBJFcbkiWUfPpT463G1PRmXuUIc7cF/s400/Ijtihad+2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiorkSaQSFLxdM_2LyY2qf2VfoK6ka1-VZOm0nyMCPOQ8sH_tsot8OqTzavCWiY0q2F_dY4EhyphenhyphenHsqXQ4SNazy5qvF-3Z-g8MgZuThzOyNadmYzXGiWiPMPdiLshRVZnb4Jaqm4DQc-uIz3m/s1600/Ijtihad+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1057" data-original-width="1429" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiorkSaQSFLxdM_2LyY2qf2VfoK6ka1-VZOm0nyMCPOQ8sH_tsot8OqTzavCWiY0q2F_dY4EhyphenhyphenHsqXQ4SNazy5qvF-3Z-g8MgZuThzOyNadmYzXGiWiPMPdiLshRVZnb4Jaqm4DQc-uIz3m/s400/Ijtihad+3.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY5aPBvbPDn6pLOHPIU-HVQPH9DZceokRDxLu2SeKi7AwGtK_FyqsL6PxXbScm8JzZZ9oUG-jdRuQ2vecAhrECc_my6DuHMST_5GWxYrYnT5waUz7bCXaktckdJN0HahNe_raR4NTL0gMT/s1600/Ijtihad+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1063" data-original-width="1424" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiY5aPBvbPDn6pLOHPIU-HVQPH9DZceokRDxLu2SeKi7AwGtK_FyqsL6PxXbScm8JzZZ9oUG-jdRuQ2vecAhrECc_my6DuHMST_5GWxYrYnT5waUz7bCXaktckdJN0HahNe_raR4NTL0gMT/s400/Ijtihad+4.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjM1D0lV67QBWsGxhNOUUld2cJwOVkOe5DfiDiov9VcZobCMgcG18Zx8IfIuTsut-jmRRsXga7M6CNPYN62ANxCX0imLsFRGJ3kpAKnq5IVx2QKV8waEQKmfUloFwTnb-W-ccdX_ijN3M3/s1600/Ijtihad+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1430" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjM1D0lV67QBWsGxhNOUUld2cJwOVkOe5DfiDiov9VcZobCMgcG18Zx8IfIuTsut-jmRRsXga7M6CNPYN62ANxCX0imLsFRGJ3kpAKnq5IVx2QKV8waEQKmfUloFwTnb-W-ccdX_ijN3M3/s400/Ijtihad+5.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaiv2nMhkYdttI_Kv3t-YUzSPk2fPBqfrcncITxPWRGSyA_cGE-zFPc2y0LijjT6YFJ-Mvea5-BJrgfTuIlAB32RDjyzSwSYSJHBN9rFeJz_iq94LG0IiCyTQ5xX0v8Htg2-ZRkaZgRiZF/s1600/Ijtihad+6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1069" data-original-width="1429" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaiv2nMhkYdttI_Kv3t-YUzSPk2fPBqfrcncITxPWRGSyA_cGE-zFPc2y0LijjT6YFJ-Mvea5-BJrgfTuIlAB32RDjyzSwSYSJHBN9rFeJz_iq94LG0IiCyTQ5xX0v8Htg2-ZRkaZgRiZF/s400/Ijtihad+6.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpU71wZxN1WcWWzt4ZeU_nio2pLQZbQOpf-GHQMYBdE40tnYYFk-MXpDZBgF7kRcl9phwYRs2RcIUJ37h8ilpKPN9O0sMXAz27yJPdHKwSiPQX4JcAGpou8dAOEvchZnKu3vb4unMat2x8/s1600/Ijtihad+7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1065" data-original-width="1424" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpU71wZxN1WcWWzt4ZeU_nio2pLQZbQOpf-GHQMYBdE40tnYYFk-MXpDZBgF7kRcl9phwYRs2RcIUJ37h8ilpKPN9O0sMXAz27yJPdHKwSiPQX4JcAGpou8dAOEvchZnKu3vb4unMat2x8/s400/Ijtihad+7.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;">Secara etimologi Ijtihad adalah Suatu ungkapan kesungguhan
yang luar biasa dalam mengerahkan upaya untuk menganalisis (secara
investigatif) satu dari banyak perkara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;">Menurut Imam al-Syaukani Ijtihad adalah Mengerahkan
Kemampuan dalam memperoleh hukum syar’</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">i</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"> yang bersifat
amal</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">iah dengan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"> cara <i>istinbath</i></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><i><br /></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;">Ijtihad Tabi’in di Bidang Muamalah (Maliyyah) : Fuqoha
di Masa Tabi’in menetapkan Harga Pasar padahal di Masa Nabi masih hidup
melarang penetapan harga. (Kitab al-Madkhal ila al-Fiqh al-Muamalah al-Maliyyah
karya Muhammad ‘Utsman Syibair, hal 37)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Upaya Ijtihad dalam ekonomi Makro dan sektor keuangan Publik :</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Membangun Ekosistem Halal</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Dinar dan Dirham sebagai Mata Uang Negara (Ketahanan
Moneter)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">,
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Sukuk Negara (Sukuk Ritel Negara)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Penetapan
Batas Harga (HET)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Zakat untuk Infrastruktur (Perluasan Definisi dari Asnaf<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Zakat)</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Zakat Profesi</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Zakat Tanah Sewaan</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;">Perangkat Aturan Wakaf : Undang-Undang No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2) Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
tantang Wakaf; 3) Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU
No. 41 Tahun 2004; 4) Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"> dan lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Jika
menginginkan file pdf presentasi ini, silahkan menghubungi via email.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: EN-US;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-66761540478849700192020-07-07T22:02:00.001-07:002020-07-07T22:25:48.943-07:00KAIDAH KULLU QARDHIN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtQaKJAch-BY78Mytt5Y8ogiSfImK6OVamrS4xTtUHHdOFgLr9YofcEan-Xec09KLFrxMm0y0jo_nHpXiVMvb4iAp5gFfYyXHRkROs3fJ40q404QmEIvpkZzoNoJmpLy-PYVwjY5YZrKI8/s1600/Kullu+Qardhin+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1006" data-original-width="1600" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtQaKJAch-BY78Mytt5Y8ogiSfImK6OVamrS4xTtUHHdOFgLr9YofcEan-Xec09KLFrxMm0y0jo_nHpXiVMvb4iAp5gFfYyXHRkROs3fJ40q404QmEIvpkZzoNoJmpLy-PYVwjY5YZrKI8/s400/Kullu+Qardhin+1.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIZ2-eVBZrHKr01AhXGSSVYP3wZoY4a8Go1J_-d22Ujc_JIqdgBsqm6R5vlg8OXyyqi75UuHaQDl2j40bSyxPCD4LrQxBk5ufafupygjYxIJLDBrcIux2k8AF-27KcfE05yoJpK6nEGxWG/s1600/Kullu+Qardhin+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1005" data-original-width="1600" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIZ2-eVBZrHKr01AhXGSSVYP3wZoY4a8Go1J_-d22Ujc_JIqdgBsqm6R5vlg8OXyyqi75UuHaQDl2j40bSyxPCD4LrQxBk5ufafupygjYxIJLDBrcIux2k8AF-27KcfE05yoJpK6nEGxWG/s400/Kullu+Qardhin+2.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kaidah <i>“Kullu
Qardhin Jarra </i></span><i><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Manfa’atan</span></i><i><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> Fahuwa Riba” </span></i><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">masuk kelompok kaidah hukum</span><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> </span><span lang="IN" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">tentang
riba</span><span lang="EN-US" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif;">Jika menginginkan file pdf presentasi ini, silahkan menghubungi via email.</span></div>
<br />
<br />
<br />
<br />Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-16518979335190941662020-07-07T09:52:00.001-07:002020-07-07T22:08:30.231-07:00PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN DI PERBANKAN SYARIAH DAMPAK PANDEMI COVID 19<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Ba4o5Xzft5LxcMxcMYjIuX9ppjWyZMTzbF-z2MsTWX-qujQF84Q-UJNwrV-_X28dV6LwBRM_DzwHHddz-sv9w9iZY69z2xrCLzk1pRtNj70TAdUbigFzWTms8MnUUSfE61BUM8Ay5RRz/s1600/Flayer+Posdhesi.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Ba4o5Xzft5LxcMxcMYjIuX9ppjWyZMTzbF-z2MsTWX-qujQF84Q-UJNwrV-_X28dV6LwBRM_DzwHHddz-sv9w9iZY69z2xrCLzk1pRtNj70TAdUbigFzWTms8MnUUSfE61BUM8Ay5RRz/s400/Flayer+Posdhesi.jpeg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Siaran Youtube : <a href="https://www.youtube.com/watch?v=13Dqt7BVinw">https://www.youtube.com/watch?v=13Dqt7BVinw</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;">Materi Presentasi : </span><a href="https://posdhesi.com/wp-content/uploads/2020/05/Seminar-Posdhesi-IFA_Irham.pdf" style="background-color: white; border: 0px; box-sizing: border-box; color: #289dcc; font-family: times, "times new roman", serif; font-stretch: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">https://posdhesi.com/wp-content/uploads/2020/05/Seminar-Posdhesi-IFA_Irham.pdf</a><br />
<br />
baca juga :<br />
<b>Bank Syariah Dihujat</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br />
<br />
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br />
<br />
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a><br />
<br />
<b>Sharia Business Intelligence</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-78505563721047294692019-03-22T20:14:00.000-07:002020-07-16T01:42:23.435-07:00TUKAR TAMBAH PERHIASAN EMAS, RIBA FADHL?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFg6ZoYCNT1EXmcQ02yBvbrbg84jS4DFVWfBxOPjAVcvg7EYgb9-OyCdDqWoTXO-DpRCzViv7mgbfTN77I2Ioa6zgk_4vWYdisYgeoCfwv6xb2yjvzkaVrqAu9cza-4xtQ17845TY8DQId/s1600/Tukar+Tambah+e.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFg6ZoYCNT1EXmcQ02yBvbrbg84jS4DFVWfBxOPjAVcvg7EYgb9-OyCdDqWoTXO-DpRCzViv7mgbfTN77I2Ioa6zgk_4vWYdisYgeoCfwv6xb2yjvzkaVrqAu9cza-4xtQ17845TY8DQId/s320/Tukar+Tambah+e.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menjawab ilustrasi praktik "Tukar Tambah Emas" yang dipersoalkan oleh sebagian Masyarakat. </b><br />
<div style="text-align: start;">
<br />
by</div>
<div style="text-align: start;">
Irham Fachreza Anas</div>
<div style="text-align: start;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>JAWABAN PERTAMA : Jika Emas Tetap dinyatakan sebagai Tsaman (uang) sekali pun dalam bentuk Perhiasan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tukar tambah emas secara teknisnya PASTI akan ditentukan dulu harga emas lama. Emas lama yang telah diuji keasliannya di atas etalase di hadapan Pelanggan, langsung diterima oleh Toko Emas yang kemudian menyebutkan harga penawaran. Jika harga disetujui maka sudah terjadi jual beli (Transaksi Ke-1). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang bagaimana dengan uang pembayaran dari Toko Emas ? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
Salah satu Kelompok yang juga masuk dalam ekosistem Mantan Bankir, menafsirkan frasa <i>“Yadan bin Yadin”</i> hadits dari ‘Ubaidah bin Shamit dengan rumusan menyerahkan objek secepat mungkin <i>“tdk boleh tertunda sama sekali bahkan sekedar tertunda masuk rumah lalu keluar lagi”</i>. Penafsiran ini lemah sebab kecenderung tekstualnya mengabaikan fakta bahwa transaksi tukar menukar emas/uang tidaklah dilakukan secepat keluar masuk pintu rumah. Silahkan hitung sendiri berapa lama waktu transaksi tukar menukar emas atau uang di Money Changer. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ<br />
هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ<br />
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan engkau membarterkannya sesukamu, namun harus dilakukan secara kontan (tunai).” (HR. Muslim no. 1587)<br />
<br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; left: -1001px; position: absolute; text-align: left; text-decoration: none; top: -1000px;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: 14pt;">الذَّهَبُ
بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ
وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ
بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا
اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ
يَدًا بِيَدٍ</span></div>
“<i>Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum
dijual dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan
sya’ir, kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka
jumlah (takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai).
Jika jenis barang tadi berbeda, maka silakan engkau membarterkannya
sesukamu, namun harus dilakukan secara kontan (tunai).</i>” (HR. Muslim no. 1587<br />
<br />
<br />
Baca Selengkapnya : <a href="https://rumaysho.com/364-riba-dalam-emas-dll-riba-fadhl.html">https://rumaysho.com/364-riba-dalam-emas-dll-riba-fadhl.html</a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Transaksi Ke-1 masih masuk kategori <i>"Yadan bin Yadin"</i> sebagaimana hadits ‘Ubaidah bin Shamit, sebab <b>jual beli Transaksi Ke-1 telah disepakati kedua belah pihak sehingga tidak bisa berubah (tsaman maupun mutsman) serta Toko Mas dan Pelanggan sama-sama belum meninggalkan majelis akad (tempat transaksi) untuk keperluan Transaksi Kedua.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh sebab itu, tidak mengapa jika tidak mengeluarkan uang tunai sebagai bukti sah jual beli. Ini urusan teknis lebih agar memudahkan Toko Emas. Apalagi Toko Emas lagi ramai, ribet sekali jika harus bolak balik ke kasir minta uang tunai. Toko Emas tahu pelanggan juga akan langsung bertransaksi emas yang baru. Selanjutnya, Pelanggan tinggal memilih emas lain untuk disepakati kembali harganya. Jika harga jual emas baru ini disepakati maka sah jual belinya. (Transaksi Ke-2). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang bagaimana dengan penyelesaian uang pembayaran dari Transaksi Ke-1 dan Transaksi Ke-2 ? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika harga jual beli emas baru (transaksi ke-2) lebih besar dari harga emas lama (transaksi ke-1) maka Pelanggan memberikan uang tunai kepada Toko Emas sebesar selisih kurangnya. Jika harga jual beli emas baru (transaksi ke-2) lebih kecil dari harga emas lama (transaksi ke-1), maka Pelanggan menerima uang tunai dari Toko Emas sebesar selisih lebihnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana jika transaksi ke-2 tidak/batal terjadi?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toko Emas menyerahkan fisik uang/transfer kepada Pelanggan sebesar harga yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian mereka berpisah. Simpelkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil Pertama :</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dikisahkan, beliau (Abdullah Bin Umar) bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku biasa berdagang onta di daerah baqi’. Aku menjual dengan harga dinar, akan tetapi ketika pembayaran aku menerima pembayaran dengan uang dirham. Dan kadang kala sebaliknya, aku menjual dengan harga dirham, akan tetapi aku menerima pembayaran dengan uang dinar. *Demikianlah, aku menjual dengan mata uang ini, akan tetapi ketika pembayaran aku menerimanya atau membayarnya dalam bentuk mata uang lainnya.” Menanggapi pertanyaan sahabatnya ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak mengapa engkau melakukan hal itu dengan harga yang berlaku pada hari itu juga, asalkan ketika engkau berpisah (dari lawan transaksi) tidak tersisa sedikitpun pembayaran yang harus dibayarkan.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya. Menurut banyak ulama’ jalur sanad hadits ini sejatinya hanya berhenti pada sahabat Ibnu Umar)”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Dikutip dari essai “Uang Kertas = Riba, Dinar dan Dirham = Bebas Riba?” Karya Dr. Muhammad Arifin Badri].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Komentar Penulis ; beliau termasuk yang tidak setuju jika mekanisme Tuker Tambah Emas dilakukan dengan tidak menyerahkan uang tunai terlebih dahulu kepada Konsumen pada Transaksi Ke-1. Kutipan hadits di atas menjelaskan kebijaksanaan Rasulullah <i>shallallâhu ‘alaihi wa sallam</i> di saat terjadi perbedaan cara pembayaran dari transaksi jual beli. Kemudian Rasul memberikan arahan <b>“harus harga saat itu”</b> dan <b>“ketika berakhir/berpisah majelis tidak boleh ada sisa tagihan”</b>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil Kedua :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUlia_6w55FSSdNdP9dbQ_yFhkCvVw7eWiEMfxGQtM_VSQ9sN4rbL25o9m6gPNDIw-6r9-zqFP1pTxFGys34oro7iMghHj6gqUeV2hFikwip03sEzTLSYEFx9pvfud_kHgI7eSXzgpz9Ko/s1600/Induk+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="46" data-original-width="269" height="34" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUlia_6w55FSSdNdP9dbQ_yFhkCvVw7eWiEMfxGQtM_VSQ9sN4rbL25o9m6gPNDIw-6r9-zqFP1pTxFGys34oro7iMghHj6gqUeV2hFikwip03sEzTLSYEFx9pvfud_kHgI7eSXzgpz9Ko/s200/Induk+2.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Suatu kesulitan (dapat) mendatangkan kemudahan”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz1766wAL8p3hdYAIeTDIiUpHnmSyyXPK-a6PxxAbwrMKagWBMjv-SJSQIAfxE-vB-8_4kExMi580dkeS7fUtjG8EnkEP5imUr2hA77HDmyKQDMIkq0ko0Ux507vPgbtTBmhRZTeAPXG6J/s1600/Induk+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="86" data-original-width="507" height="33" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz1766wAL8p3hdYAIeTDIiUpHnmSyyXPK-a6PxxAbwrMKagWBMjv-SJSQIAfxE-vB-8_4kExMi580dkeS7fUtjG8EnkEP5imUr2hA77HDmyKQDMIkq0ko0Ux507vPgbtTBmhRZTeAPXG6J/s200/Induk+1.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Memperingan, mempermudah Bukan memperberat dan mempersulit”</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dimana, 2 (kaidah) itu memiliki turunan meliputi, yaitu :</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiUpIEjqnls2fCivzaa4Wy6M-uhEXDclTSNgG8qeCneYlt_MIR6M7t7z3p_5XV8BDb5fP_4h7nCmnjqowALxfTF9VWTS-At_UjR6FfR4g4GDp16fwXmxMhzIREJ7VRlH_1dy3ynJCuxWXH/s1600/DO2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="24" data-original-width="184" height="41" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiUpIEjqnls2fCivzaa4Wy6M-uhEXDclTSNgG8qeCneYlt_MIR6M7t7z3p_5XV8BDb5fP_4h7nCmnjqowALxfTF9VWTS-At_UjR6FfR4g4GDp16fwXmxMhzIREJ7VRlH_1dy3ynJCuxWXH/s320/DO2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Apabila sempit suatu urusan, maka (urusan itu) menjadi luas. Dan Apabila (sudah) luas (urusan itu), maka (urusan itu harus kembali) menjadi sempit</i>”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Silahkan merujuk ; Kaidah Fiqh Ekonomi Islam Tentang Dharurat dalam Industri Finansial - Inti Sari dari Majallah al-Ahkâm al-‘Adliyyah Buku 1 karya Agustianto Mingka, MA hafizhahullâh ; Qawa’id Fiqhiyyah karya Dr. Ahmad Sudirman Abbas hafizhahullâh hal 104 -124 ; 7 Kaidah Utama Fikih Muamalat – al-Qawâid al-Hâkimat li Fiqh al-Muâmalât karya Dr. Yusuf Qardhawi hafizhahullâh, hal 187 -189 & Fatwa DSN-MUI No. 108]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil Ketiga :</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Taqabbud dalam akad sharf (jual beli mata uang), yaitu dengan serah terima secara tunai di tempat.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Dikutip dari Buku Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam Sintesis Fiqh dan Ekonomi karya Dr Oni Sahroni, MA dan Ir Adwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP hal 173]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>JAWABAN KEDUA : Jika Perhiasan Emas ditetapkan sebagai Sil’ah (barang) bukan Tsaman (uang)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Perhiasan emas adalah barang sebagaimana lazimnya benda yang diperjual belikan. Oleh sebab itu, penundaan penyerahan uang dari Toko Emas kepada Pelanggan pada Transaksi Ke-1 dibolehkan. Hal ini merujuk pada keumuman ayat jual beli (QS. Al-Baqarah 2 : 275). Baik secara tunai, cicil maupun tangguh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalil Pertama :</div>
<div style="text-align: justify;">
Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Silahkan analisis Pro Kontra Pendapat Ulama tentang jual beli emas secara tidak tunai sebagaimana terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 77 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai]<br />
<br />
Dalil Kedua : <br />
<div style="text-align: justify;">
<i>“Pemikiran
Dzahiriyah bisa dikenali dari karakteristik dan sifat ijtihad dan
produk ijtihadnya, yaitu sebagai berikut : 1) Memahami Nash secara
tekstual (harfiyah), 2) Cenderung memilih pendapat yang berat dan 3)
Mengabaikan etika berpendapat. “…Cara pandang memilih pendapat yang
berat tidak sesuai dengan arahan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam ; “Jika ada dua pilihan hukum, maka Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam memilih hukum yang memudahkan, selama pilihan tersebut
bukan dosa” Hadits riwayat Imam Bukhari dan Aisyah radhiallâhu ‘anha
bab Hudud No. 6786.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
[Dikutip
dari Buku Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam Sintesis Fiqh dan Ekonomi
karya Dr Oni Sahroni, MA dan Ir Adwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP hal
26-30]</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam<br />
<br />
baca juga :<br />
<b>Bank Syariah Dihujat</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br />
<br />
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br />
<br />
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a><br />
<br />
<b>Sharia Business Intelligence</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm0SSHqqjxWaArC6cr8V6usl_EwDbWUSvfRwvulh-w5LWqvCvx_3yFqa1LLHL675Bv0Myw7uHNWhZ59TSPX7kUJCRl9c4e4WKCNGk6Fm07u1ThbB7reI_fHV4pwghUZufDbvdxn_c_sDfC/s1600/Double+Size+Yurist+%2528DONE+NOV+2017+1%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1280" height="432" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm0SSHqqjxWaArC6cr8V6usl_EwDbWUSvfRwvulh-w5LWqvCvx_3yFqa1LLHL675Bv0Myw7uHNWhZ59TSPX7kUJCRl9c4e4WKCNGk6Fm07u1ThbB7reI_fHV4pwghUZufDbvdxn_c_sDfC/s640/Double+Size+Yurist+%2528DONE+NOV+2017+1%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-35417833952906051842019-03-22T17:31:00.002-07:002019-04-23T01:52:43.136-07:00GO PAY dan OVO<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB6RhTaZEXScHdH0sx_NxwrJSnXvcCotCn3EWgjdXUqhkYOPSHnIflwwk0EsudjPkY3XN3ltxj4_scoOK3jESJqXoRX2VZssNU0qqRJtL30q6trcaeuEqMDmBWCsGF3GJy09CxQ6BjxSgc/s1600/AS+Emoney.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="691" data-original-width="502" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgB6RhTaZEXScHdH0sx_NxwrJSnXvcCotCn3EWgjdXUqhkYOPSHnIflwwk0EsudjPkY3XN3ltxj4_scoOK3jESJqXoRX2VZssNU0qqRJtL30q6trcaeuEqMDmBWCsGF3GJy09CxQ6BjxSgc/s400/AS+Emoney.jpg" width="290" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sesekali beda dengan Guru dalam analisis lanjutan EMONEY yaitu pada produk GO PAY & OVO</b><br />
<div style="text-align: start;">
by</div>
<div style="text-align: start;">
Irham Fachreza Anas</div>
<div style="text-align: start;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mengenal Ustadz Ahmad Sarwat lewat karya-karya yang selalu dirujuk saat hendak melakukan analisis fiqh. Kendati pun Beliau belum mengenal saya dan belum memberi restu Ilmunya, Saya tetap menganggap beliau adalah Guru. Mudah2an suatu saat bisa bertemu beliau untuk : i) minta restu ilmunya, ii) minta foto selfie dan iii) tanda tangan salah satu buku beliau yang saya miliki. Semoga Beliau dan keluarga senantiasa diberkahi Allah subhanahu wa ta'ala. Aamiin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Soal Top Up Emoney, Setuju didudukkan ke dalam Transaksi Sharf (tukar menukar/jual beli mata uang). Sebagaimana tulisan lama : <a href="https://irham-anas.blogspot.com/2017/06/menakar-fatwa-riba-uang-elektronik.html?m=1">https://irham-anas.blogspot.com/2017/06/menakar-fatwa-riba-uang-elektronik.html?m=1</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namanya juga “E-MONEY” – “Uang Elektronik”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cash Back yang didapat User saat top up emoney adalah cash back hasil jual beli (pertukaran) antara Penerbit dan User. Yang memberi cash back adalah Penerbit sendiri. Transaksi ini Sah dan bukan riba sepanjang disempurnakan dulu sharfnya. Cash Back ini masuk dalam bab diskon/pelepasan haq keuntungan penerbit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fee Top Up Penerbit Emoney yang dipungut dari User juga sah dan bukan riba, sepanjang disempurnakan terlebih dahulu sharfnya. Fee top up menjadi hak penerbit atas jasa penyediaan sistem elektronik. Fee Top Up Ini sudah masuk bab Ijarah (sewa/jasa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana jika dihubungkan dengan Produk “Go Pay” dan “Grabpay powered by OVO” ?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keduanya punya keunikan tersendiri yaitu digunakan untuk pembayaran jasa transportasi ; GoPay oleh Gojek dan OVO oleh Grab (Grabpay, powered by OVO).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pokok persoalan : Bagaimana kedudukan potongan harga atas jasa ojek yang didapat pengguna GoPay dan OVO ? Dengan Jarak Tempuh Sama, User yang melakukan pembayaran dengan Gopay/OVO akan menikmati kepastian potongan harga ketimbang bayar secara tunai. Lebih mahal bayar tunai. Coba aja tes sendiri!!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tolong dicatat : i) GoPay adalah kepunyaan GoJek sedangkan OVO adalah mitra dari Grab dan Kita anggap dulu GoPay dan OVO EMoney Syariah. Jika tidak setuju selesai bahasan sampai paragraf ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terkait jasa Per-ojekan, dahulu Saya menganggap uang simpanan yang ada di GoPay dan OVO tidak tepat didudukkan ke dalam skema Wadiah maupun Qardh. Akan tetapi cocok ke dalam skema Ijarah Maushufah Fi Dzimmah (IMFZ).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
User hanya bisa mengosongkan saldonya jika menggunakan Jasa Gojek dan Grab. Memberikan Uang kemudian menerima Jasa itu bukan Wadiah apalagi Qardh, walaupun jasanya masih belum diterima saat uang disetor. Semisal beli tiket pesawat, bayar sekarang berangkat lebaran. Mau ngasih potongan tentu berlaku sebagai diskon. Singkatnya yang tepat adalah skema IMFZ (Jasa yang melekat kewajiban untuk ditunaikan di masa datang).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun demikian pemikiran berubah tatkala mengetahui : i) Go Pay dan OVO yang resmi sebagai emoney itu telah menghadirkan fitur "Tarik Tunai". Ii) Fatwa DSN MUI No. 116 tahun 2018 bahwa hubungan Penerbit dan user adalah Wadiah-Qardh. Sedangkan hubungan Penerbit dengan mitra adalah wakalah bi ujrah, ju'alah dan/atau ijarah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menaruh Uang menerima jasa cocok IMFZ. Menaruh Uang dan bisa ambil uang melalui fitur tarik tunai sempurnalah Wadiahnya. Jika uang titipan (wadiah) digunakan untuk operasional perusahaan maka sempurnalah sudah Qardhnya. Qardh adalah menyerahkan harta kepada orang yang akan menggunakannya untuk dikembalikan gantinya suatu saat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk Potongan Harga Jasa Ojek dengan pembayaran GoPay pada GoJek tentu sudah bisa dinyatakan itu "Qardh Jarra Naf'an." Sebab, GoPay adalah milik GoJek. Sebab, GoJek adalah Muqtaridh (Peminjam). Uang yang ditaruh dalam Aplikasi GoPay secara akuntansi masuk dalam Cash In Flow kewajiban GoJek. Inget Cash In itu sumber dana operasional perusahaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Potongan Harga Jasa Ojek dengan pembayaran OVO bagi Saya masih samar. Saya tidak tahu apakah potongan itu dari Grab sendiri sebagai pihak ketiga atau langsung dari OVO. Saya juga tidak tahu hubungan cash flow OVO dan Grab atas dana simpanan user. Jika potongan harga dari Grab sendiri maka BELUM bisa dikatakan "Qardh Jarra Naf'an" sampai ada qorinah lain. Sebaliknya dikatakan "Qardh jarra Naf'an" jika potongan didapat langsung dari OVO. Sebab, OVO adalah Muqtaridh (peminjam).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm0SSHqqjxWaArC6cr8V6usl_EwDbWUSvfRwvulh-w5LWqvCvx_3yFqa1LLHL675Bv0Myw7uHNWhZ59TSPX7kUJCRl9c4e4WKCNGk6Fm07u1ThbB7reI_fHV4pwghUZufDbvdxn_c_sDfC/s1600/Double+Size+Yurist+%2528DONE+NOV+2017+1%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1280" height="432" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm0SSHqqjxWaArC6cr8V6usl_EwDbWUSvfRwvulh-w5LWqvCvx_3yFqa1LLHL675Bv0Myw7uHNWhZ59TSPX7kUJCRl9c4e4WKCNGk6Fm07u1ThbB7reI_fHV4pwghUZufDbvdxn_c_sDfC/s640/Double+Size+Yurist+%2528DONE+NOV+2017+1%2529.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="margin: 0px; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-30200119711151905032019-03-06T04:04:00.000-08:002019-03-22T20:24:19.430-07:00KEKUATAN HUKUM FATWA DSN MUI<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvk7CQ5hO1hHJ3EDnjDdyE6fpcRUtuJZoEPuQyhRzdqXK2LPzytdzFJk8-CS_q2hpMWshXDgn7syfT7qap5z1gRvfbMFC6CSBGetX6Q69qArFNWFgS1xxeAdNfmb3UwVoYSI0olxebMCpQ/s1600/IG+DSN.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="294" data-original-width="563" height="332" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvk7CQ5hO1hHJ3EDnjDdyE6fpcRUtuJZoEPuQyhRzdqXK2LPzytdzFJk8-CS_q2hpMWshXDgn7syfT7qap5z1gRvfbMFC6CSBGetX6Q69qArFNWFgS1xxeAdNfmb3UwVoYSI0olxebMCpQ/s640/IG+DSN.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><b>Menjawab Syubhat XBank Indonesia tentang Kekuatan Hukum Fatwa DSN-MUI</b></span><br />
<div style="text-align: start;">
by</div>
<div style="text-align: start;">
Irham Fachreza Anas</div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span><br />
<div style="text-align: start;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">.</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">Dulu waktu zaman KuLiah, diskursus Kekuatan Fatwa MUI (DSN MUI) jadi makanan komunitas Pengagum Liberalisasi. Pengusung kebebasan berfikir menyatakan Fatwa MUI itu hanya 'Doktrin Kumpulan 'Ulama' yang tidak wajib diikuti, tapi boleh jadi bahan kutipan untuk mempertebal halaman Skripsi.</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">.</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">Diskusi di pelataran kampus dengan Sahabat2ku berlangsung dalam suasana keakraban, tetap ilmiah, tidak saling klaim paling Benar. Diskusi tentunya dengan setumpuk Kitab Hukum Positif maupun Kitab Fiqh yang boleh dipinjam di Perpus Fakultas Lantai 3.</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">.</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
Dalam bentuk yang berbeda, ada komunitas lain yang kini meragukan kekuatan Fatwa MUI khususnya DSN MUI.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
Meraka muncul dari kalangan "Pengaku Paling Salaf" dengan Jargon "Kembali ke Qur'an dan Sunnah". Mereka sedikit berbeda dari Pengagum Liberalisasi, Mereka mengira Paling tahu Kebenaran dengan Dalil Terkuat Sejagad Raya.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
“Sebuah pembandingan yang “ganjil”. Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak pas dibandingkan dengan Ulama. Umat Islam sudah pasti mengetahui Al-Qur’an dan As-Sunnah lebih tinggi dari manusia. Al-Qur’an dan As-Sunnah itu sumber hukum. Sedangkan ulama itu orang yang ahli menggali hukum dari sumber-sumbernya. Ketika membicarakan otoritas Ulama, maka sesungguhnya otoritas ulama itu diakui oleh Al-Qur’an. Allah Swt berfirman : “Jika kamu tidak mengetahui, maka bertanyalah kepada orang berilmu (ahl dzikri).” (Kyai Ahmad Kholili Hasib dalam artikel Bila Otoritas Ulama’ Ditolak - inpasonline).</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
Fatwa DSN MUI itu mengikat sebab ia telah dipositivisasi ke dalam perangkat Hukum Positif di Indonesia. Kedudukan MUI pun diakui oleh UU. Misalnya UU Perseroan Terbatas, UU Perbankan Syariah, POJK, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang disahkan melalui PERMA dan lainnya.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
Logikanya : Mengikuti UU Perbankan Syariah secara tidak langsung wajib tunduk ke Fatwa DSN MUI sebab Prinsip Syariah dalam UU itu berada dalam kewenangan MUI (Majelis Ulama Indonesia)</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
Inilah yang tidak ditemukan dalam bahan Hukum Online yang diposting <a class="notranslate" href="https://www.instagram.com/xbank.indonesia/" style="border: 0px; color: #003569; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration-line: none; vertical-align: baseline;">@xbank.indonesia</a></div>
</span><span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"><div style="text-align: justify;">
.</div>
</span><span style="background-color: white;"><div style="text-align: justify;">
<div style="font-size: 14px;">
Sekian Jawaban atas Syubhat Framing XBank Indonesia</div>
<div style="font-size: 14px;">
.</div>
<span style="font-size: 14px;"><a href="https://www.instagram.com/p/BuFkfosA-4n/">https://www.instagram.com/p/BuFkfosA-4n/</a></span></div>
<div style="font-size: 14px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; font-size: 14px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik_jqBpgwCVI8ecJ7r-wrmSvksn5AmcTNTOBhwDnH5jAuM06MOcVHmq5BKfzOnnbGjG6rrx0s_6moGpL8Vxn-tz4jy1UTFOMss-nVFLTGysPpwinYe9J58G7Cz7_YkE0jnYjW3pNcBaGRO/s1600/dsn+xbank.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="501" data-original-width="364" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik_jqBpgwCVI8ecJ7r-wrmSvksn5AmcTNTOBhwDnH5jAuM06MOcVHmq5BKfzOnnbGjG6rrx0s_6moGpL8Vxn-tz4jy1UTFOMss-nVFLTGysPpwinYe9J58G7Cz7_YkE0jnYjW3pNcBaGRO/s400/dsn+xbank.jpg" width="290" /></a></div>
<div style="font-size: 14px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-size: 14px; text-align: justify;">
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; font-size: medium; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
</span>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-4298960135353724902019-01-10T05:27:00.001-08:002019-03-22T20:25:14.873-07:00DENDA & SITA BUKAN RIBA<div dir="ltr">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5uU2btiPSptRDY977sJwwliUWWJ5QOOklyjsjwAF3lRxFMlM3PGDDOHv9csUBIWQetngTtA6YFLsFMiXWxQJ9ybqV6mMzuZ-nsJ0URk7-dMregs7VA7i8lkZ6boav2zFMHQ8B9PgTkVIJ/s1600/riba+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="483" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5uU2btiPSptRDY977sJwwliUWWJ5QOOklyjsjwAF3lRxFMlM3PGDDOHv9csUBIWQetngTtA6YFLsFMiXWxQJ9ybqV6mMzuZ-nsJ0URk7-dMregs7VA7i8lkZ6boav2zFMHQ8B9PgTkVIJ/s400/riba+2.jpg" width="321" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: start;">
<b>Menjawab Syubhat Komunitas Anti Riba</b><br />
by</div>
<div style="text-align: start;">
Irham Fachreza Anas</div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span><br />
<div style="text-align: start;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i><br />
<i><br /></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya cenderung memilih definisi Riba yang dinyatakan oleh Mazhab Hanafiyah sebagaimana terdapat dalam buku al-Fiqhu al-Islamy wa Adillatuhu karya Dr. Wahbah Zuhaily (rahimahullâh) yaitu ; “Kelebihan harta tanpa (adanya) iwadh pada transaksi pertukaran harta dengan harta”. Berangkat dari definisi ini, maka harus ada parameter iwadh dalam menilai sah atau tidaknya pengambilan harta. Definisi ini fokus pada substansi ribâ dalam sistem keuangan, yaitu keuntungan dari penambahan harta. Istilah “penambahan beban” sangat multi tafsir ; bisa saja berarti beban kehidupan, beban perasaan, beban budi, beban ekonomi atau beban lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
DENDA BUKAN RIBA .</div>
<div style="text-align: justify;">
Dasar pengenaan sanksi berupa denda uang BUKANLAH dalam rangka mencari keuntungan melainkan didasarkan pada prinsip TA’ZIR, yaitu bertujuan agar nasabah/konsumen lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Dalam rangka menjaga dasar inilah dana yang bersumber dari denda tidak boleh diakui sebagai pendapatan dan itu dinyatakan secara tegas oleh DSN MUI. Bilamana terdapat LKS yang mengakui dana denda sebagai pendapatan, maka LKS tersebut telah merubah dasar pengenaan denda yang semula untuk mendisiplinkan nasabah menjadi praktik pengambilan keuntungan. Jika ini yang terjadi, maka sepakat itulah Riba, baik praktiknya maupun status hartanya serta haram dilakukan oleh LKS.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
SITA BUKAN RIBA</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada buku Harta Haram Muamalat Kontemporer, tidak ditemukan keterangan Dr. Erwandi Tarmizi hafizhahullâh yang menyatakan secara tegas bahwa Sita Agunan merupakan bagian dari Riba. .</div>
<div style="text-align: justify;">
SITA agunan yang dilakukan LKS bukanlah praktik Riba. LKS dibenarkan secara hukum syariah dan hukum positif untuk melakukan Sita (eksekusi/penjualan) jaminan dimana sebagian dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk melunasi utang Nasabah. Jika terdapat kelebihan dan dari hasil penjualan agunan maka kelebihan itu wajib dikembalikan kepada Nasabah.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selengkapnya :</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. https://irham-anas.blogspot.com/2017/10/menakar-fatwa-riba-pada-denda-sita.html?m=1</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/menyoal-perspektif-penghapusan-denda.html</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
3.https://irham-anas.blogspot.com/2018/10/sehari-bersama-dr-erwandi-tarmizi.html?m=1</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Wallahu a'lam</i></div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
https://www.instagram.com/p/BsdAJGdgl7o/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1xwfoz3p0ffdw<br />
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<br />
baca juga :</div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-14263170359666320122019-01-09T08:26:00.001-08:002019-03-22T20:26:14.174-07:00RIBA BERBALUT BAJU SYARIAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK-hw_JcyztKX1hD8zGM0O3nG94qrwZvngaYzUr14c355qsWy8qG1EmkLlT2rfcGvAPBbJ2RHeLyXHcJtIoJSdqugmI2n_VKcHuHTGPUgyqav-AnHUWeqVGCzcv11CeTEaKZCGRdsLh9JG/s1600/RIBA+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="586" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK-hw_JcyztKX1hD8zGM0O3nG94qrwZvngaYzUr14c355qsWy8qG1EmkLlT2rfcGvAPBbJ2RHeLyXHcJtIoJSdqugmI2n_VKcHuHTGPUgyqav-AnHUWeqVGCzcv11CeTEaKZCGRdsLh9JG/s400/RIBA+1.jpg" width="390" /></a></div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
<b>Menjawab Syubhat Komunitas Anti Riba dan Developer Murni Syariah</b></div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: start;">
by</div>
<div style="text-align: start;">
Irham Fachreza Anas</div>
<span style="background-color: white; font-family: , "blinkmacsystemfont" , "segoe ui" , "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;"></span><br />
<div style="text-align: start;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i><br />
<i><br /></i></div>
HADITS DHA'IF dalam Booklet 13 Fakta Tentang Riba yang dipakai XBank dan Kritikus lainnya, bahwa Bank Syariah "Tidak Syariah".</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Baththah meriwayatkan dengan Isnadnya dari Al-Auzaa'i dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam " Manusia akan mengalami suatu masa ketika mereka menghalalkan riba dengan jual beli"</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari DR. Yusuf Qardhawi dalam 7 Kaidah Utama Fikih Muamalah (Judul Asli : al-Qawaidul al-Haakimat li fiqh al-Muamalat/40), hadits ini dinilai Dhaif oleh Al-Albani dalam Ghayah Al-Maram (hal 58).</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari Prof. Jaih Mubarak dan DR. Hasanudin dalam Fikih Mu'amalah Maliyyah bahwa DR. Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa yang dimaksud jual beli dalam hadits tersebut (riwayat al-Khuthabi dari al-Auza'i adalah jual beli 'Inah. (Jilid Akad Jual-Beli hal 197)</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikutip dari Syaikh Wahbah Zuhaily dalam al-Fiqh al-Islaamiy wa Adillatuh Bay' al-'Inah adalah jual beli yang dimaksudkan untuk hilah transaksi qardh dengan riba, yaitu jual beli dimana seseorang membeli sesuatu dengan harga (pembayaran) tempo atau sebelum menerima (barang itu) kemudian menjual lagi dengan harga (pembayaran) tunai, atau kebalikannya ('aksul 'Inah). (Juz 4 hal 236).</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits Dhaif di atas hanya bisa dikuatkan jika didukung dengan hadits pengharaman Bay' al-'Inah.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
WAJIB ANTUM tahu : Jika ada yang menyatakan bahwa transaksi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah seluruhnya dikategorikan Bay' 'Inah, maka Ia melakukan kesalahan dalam Tashawwur (mendeskripsikan transaksi). Jelas ini sangat berbahaya bagi dirinya dan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Berbahaya bagi dirinya karena kebodohan tidak akan mengantarkan kepada kebenaran.Berbahaya bagi pihak lain karena kebodohannya itu akan ditularkan kepada masyarakat sehingga mereka menjadi bingung dan tidak menentu.'.....patokan kesesuaian syariah produk dan jasa serta operasional LKS di Indonesia adalah mengacu kepada fatwa MUI. Ini jelas telah membentuk suatu pola integral dalam industri keuangan syariah terkait dengan ketentuan syariah. Sehingga jika ada pihak-pihak tertentu yang menebarkan isyu ketidaksesuaian dengan prinsip syariah akan dengan mudah dilakukan tabayyun dan penegakan kebenaran." (Ustadz Ikwan Abidin Basri)</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
https://www.instagram.com/p/Bsa01nTAFAF/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=ez0bkri0lrlj</div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
baca juga :</div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-68135896413338795242019-01-09T08:24:00.001-08:002019-03-06T04:00:37.508-08:00MASAIL FIQHIYYAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9FvkjZKcDTBVLX1iOK3M2IbPNh7ANOGjE3xBQlxAPHiAWVEc4tB7Bkold1DiNo3D0ur2a-U2Ehq6ux0JslybleOT-hb79AfssyB4lgQSTNgF7s3HN8tyM5NUsysyj_RQb7_s0L5QnfHfk/s1600/MASAIL.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="476" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9FvkjZKcDTBVLX1iOK3M2IbPNh7ANOGjE3xBQlxAPHiAWVEc4tB7Bkold1DiNo3D0ur2a-U2Ehq6ux0JslybleOT-hb79AfssyB4lgQSTNgF7s3HN8tyM5NUsysyj_RQb7_s0L5QnfHfk/s400/MASAIL.jpg" width="317" /></a></div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div dir="ltr">
<div style="text-align: justify;">
Masail Fiqhiyyah adalah masalah terkait dengan fiqh, dan yang dimaksud masalah fiqh pada term masail fiqhiyyah ialah persoalan-persoalan yang muncul pada konteks kekinian sebagai refleksi kompleksitas problematika pada suatu tempat, kondisi dan waktu. Dan persoalan tersebut belum pernah terjadi pada waktu yang lalu, karena adanya perbedaan situasi yang melingkupinya (hal.1)</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
DR. Ahmad Sudirman Abbas menjelaskan terdapat 5 kaedah penyelesaian masail fiqhiyyah sebagaimana dikutip dari DR. Yusuf Qardhawi Kitab "Hadyu al-Islam fatawa al-Mu'asshirah :</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Menghindari sikap Taqlid dan atau fanatisme.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Prinsip Mempermudah dan Menghindarkan Kesulitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Berdialog dengan Masyarakat melalui bahasa kondisi masanya dan melalui pendekatan persuasif aktif serta komunikatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bersikap Moderat terhadap Kelompok Tekstualis (literalis) dan Kelompok Kontekstualis.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Ketentuan Hukum bersifat jelas tidak mengandung interpretatif.</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
https://www.instagram.com/p/BsYRJOMAOBN/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=8g44s08k7uui</div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br />
baca juga :</div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="font-family: "times new roman"; margin: 0px; text-align: justify;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-23679358544572975302019-01-04T05:21:00.001-08:002019-01-04T08:16:53.909-08:00TAFSIR QUR'AN DI MEDSOS<div dir="ltr">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3rnRWl8JlqRzLno0too7VwPFMlADm5Zmljzkc4aueu1fmbQAztdOAag4m-DQ5cu-0sBfrg55eOtyQeD6fF8HFH0HMNzMSHd1kQzYu8Fos2e-H2hF7bN9ZDk4lZ56icu32j5B6mCQdJu4q/s1600/Screenshot_2019-01-04-20-17-46-48.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3rnRWl8JlqRzLno0too7VwPFMlADm5Zmljzkc4aueu1fmbQAztdOAag4m-DQ5cu-0sBfrg55eOtyQeD6fF8HFH0HMNzMSHd1kQzYu8Fos2e-H2hF7bN9ZDk4lZ56icu32j5B6mCQdJu4q/s400/Screenshot_2019-01-04-20-17-46-48.png" width="225" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
Imam Syafi'i Update Status : </div>
</div>
<div style="text-align: right;">
"Jika hendak ngetwit, pikir dulu sebelum di-posting"</div>
<div style="text-align: right;">
اذا اراد احدكم الكلام فعليه ان يفكر فى كلامه </div>
<div style="text-align: right;">
"...jika twitmu adalah maslahat, ngetwitlah..."</div>
<div style="text-align: right;">
فان ظهرت المصلحة تكلم</div>
<div style="text-align: right;">
"... tetapi kalau masih ragu, jangan ngetwit dulu hingga jelas maslahatnya"</div>
<div style="text-align: right;">
و إن شك لم يتكلم حتى تظهر</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terjemahan bebas dalam konteks Medsos-Twitter. Bisa juga dalam konteks FB, IG, WA, dan lainnya yang penting bisa update statuslah pokoknya eksis. Tafsir Al-Qur'an di Medsos, Bab Menebar Benih Damai Bersama Al-Qur'an, Sub Anda Pernah Mem-bully Orang Lain</div>
<div style="text-align: justify;">
Buku menarik dibaca, tulisannya menggunakan narasi yang mudah dimengerti dan kaya dalil (Naqli-Aqli) pula. Lebih kurang 57 bahasan dalam 5 bab. Cuma 1 bahasan Saya tidak sependapat dengan beliau Tentang Tafsir "Awliya". Melihat konteks Indonesia saat ini, saya sudah punya frame tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selebihnya saya masuk dalam Jiwanya Penulis sambil 'terperanga' ngitungin berapa belas kitab tafsir versi "Arab yang gundul itu" yang dibaca Gus Nadir untuk membuat buku bacaan ringan ini. Apalagi saat membaca bahasan tafsir Alfatihah yang dikaitkan diskursus "tidak akurnya" Syariat dan Tasawuf. Wooowww.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lelah menghitung ternyata pada Bab 5 ada kumpulan twit Gus Nadir seputar kesan membaca 14 kitab tafsir belum termasuk Tafsir Al-Misbah karya Prof Quraish.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ma syaa allah... Mabruuk..... Walaupun lumayan telat....Semoga Saya ketularan cita2 Beliau yang ingin menjadi Khadimul 'Ilm dan/atau (Khadimul Fiqh sebagaimana cita2 Abah Beliau, Prof KH. Ibrahim Hosen rahimahullah).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
==Sekian== </div>
<div style="text-align: justify;">
Mari membaca untuk mengenal Dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BqlY2-8gJwU/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1bxtyaafy35fr">https://www.instagram.com/p/BqlY2-8gJwU/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1bxtyaafy35fr</a><br />
<br />
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-67321538102413946142019-01-03T16:24:00.001-08:002019-01-04T08:17:37.938-08:00SIKAP KEPADA 'ULAMA YANG BERPOLITIK<div dir="ltr">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0icsCnlMcMAyrpv_6ZeI_x-NdIovDqrK3xPWyeVr8AOlQX87Lg04cE28h9owJ5GU1gqZd60dvlb90LTZMznbL6cbTDBgBKkxoJrUOcgj_yaa2M_Pn4_mXpAL3Pl5fpSj0RxH5PHMhlZWC/s1600/Screenshot_2019-01-04-20-14-30-26.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0icsCnlMcMAyrpv_6ZeI_x-NdIovDqrK3xPWyeVr8AOlQX87Lg04cE28h9owJ5GU1gqZd60dvlb90LTZMznbL6cbTDBgBKkxoJrUOcgj_yaa2M_Pn4_mXpAL3Pl5fpSj0RxH5PHMhlZWC/s320/Screenshot_2019-01-04-20-14-30-26.png" width="180" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini ada ‘Ulama yang dicaci/diolok sebab langkah politiknya terkait dengan salah satu isu tahunan Hubungan (Toleransi) Antar Agama. Berikut beberapa intisari nasehat dari Ulama Nusantara;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intisari Nasehat KH Muhammad Idrus Ramli</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulama yang semestinya terhormat, ada di tempat yang mulia kemudian terseret ke dalam Politik, menjadi ujian bagi Umat Muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbuat Baiklah Kepada Para Ulama yaitu dengan tetap mengakui bahwa kedudukannya Mulia (disebabkan keimanan dan keilmuan QS. Mujadilah 58 : 11) dan tidak meremehkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika Ulama Punya Salah Kita JAGA LIDAH. Ulama itu jika punya salah dan jika sudah kembali biasanya luar biasa Inabah-nya kepada Allah. HATI-HATI. KITA DOA-kan mudah-mudahan Hatinya dijaga oleh Allah. (Inabah berarti kembali kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi Maksiat.)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intisari Nasehat Buya Yahya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam urusan kenegaraan 'Ulama boleh ikut campur berpolitik, tentunya dengan dasar (niat) Karena Allah, bukan karena pangkat yang dicari, bukan karena tergiur dunia. Yang diikuti dengan Cara yang benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang ‘Alim salah akan mengakibatkan banyak orang terjerumus. Hati-Hatilah. Takutlah kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Uhibbukum Fillah</i> (Saya mencintai Anda semua (‘alim/ustadz) karena Allah, jika langkah Anda salah cepatlah kembali kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua Kalau ada orang ‘Kepleset’ di dunia mestinya kita kasihan (ditolong). Akan tetapi kita sering tidak punya kasih sayang, kita melihat itu justru bertepuk tangan dan bahkan mengolok-ngolok. Kalau ada seorang ‘Alim ‘kepleset’ mestinya tangis kita lebih besar dari seorang Awam yang kepleset. Tapi kita terkadang dikuasai kebencian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau ada ‘Alim yang ‘kepleset’ dalam langkah politiknya KITA DOAKAN setiap saat semoga Allah memberikan hidayah kepadanya, sebab itu tanda Keimanan Anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang kedua Anda Istighfar untuknya karena kesalahannya, berdoalah “Yaa Allah ampuni kesalahannya”. Yang ketiga jangan ikuti kesalahannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang keempat Anda jangan mencaci dan mengoloknya. Di dunia ada hitungannya di hadapan Allah atas cacian dan olokkan. Fanatiklah kepada Kebenaran. Sebab Anda berurusan kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BsIkDa7gVwE/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1ce953694by3r">https://www.instagram.com/p/BsIkDa7gVwE/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1ce953694by3r</a><br />
<br />
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-2537729140181283632019-01-03T16:20:00.001-08:002019-01-04T08:17:54.564-08:00NASH EQUILIBRIUM & KEADILAN DALAM TRANSAKSI KEUANGAN SYARIAH<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwLmIuJlBbKcPSbxAz9Kvj5aw_G9n6YYTNQ0t616Lfe9vb55hF0OK2QkWqfmEnj6hWtcQj1nrbFuybS-7jDqMhGwy-3ecpWzy6QelZGGw0-4BHtyrA1L3t44tWtAA5_qW9m8j-t9gbt8bS/s1600/Screenshot_2019-01-04-20-14-42-89.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwLmIuJlBbKcPSbxAz9Kvj5aw_G9n6YYTNQ0t616Lfe9vb55hF0OK2QkWqfmEnj6hWtcQj1nrbFuybS-7jDqMhGwy-3ecpWzy6QelZGGw0-4BHtyrA1L3t44tWtAA5_qW9m8j-t9gbt8bS/s400/Screenshot_2019-01-04-20-14-42-89.png" width="225" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum Nash Equilibrium dirancang, seluruh teori permainan diasumsikan seperti permainan catur, yaitu kehilangan suatu pihak akan menjadi keuntungan pihak lainnya (zero sum). Atau dalam refleksi sederhana, selalu ada yang menang dan ada yang kalah pada setiap persaingan.</div>
<div style="text-align: justify;">
John Forbes Nash melahirkan sebuah Teori Permainan baru yang logis dan matematis dengan memasukan nilai “kerja sama” lewat sebuah perjanjian-perjanjian yang melahirkan kemungkinan untung bersama atau yang dikenal dengan Nash Equilibrium. (Kompasiana)</div>
<div style="text-align: justify;">
Matthew Rabin pernah menyebut dalam penelitiannya (Incorporating Fairness into Game Theory and Economics) : bahwa dalam setiap transaksi (bisnis)
ada dua kesepakatan yang harus terpenuhi, yaitu Kesepakatan Pasar (market equlibria) dan Kesepakatan Rasa Keadilan (fairness equlibria). Kesepakatan antara perusahaan besar dengan para pelanggan kecil yang merasa terekploitasi merupakan contoh tidak tercapainya kesepakatan rasa keadilan. Para pelanggan kecil karena tidak punya pilihan lain mereka harus menerima kesepakatan pasar dari perusahaan besar. Transaksi ini tidak akan stabil atau berkelanjutan dan cenderung rapuh karena konsumen merasa tidak nyaman. Ketika ada pilihan lain yang dapat memberikan rasa keadilan walaupun kadang belum tentu lebih baik maka mereka tetap akan berpindah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Praktik bisnis keuangan syariah harus mampu menerapkan nilai keadilan sebagaimana Nash Equilibrium. Keadilan berarti kepentingan konsumen dan pelaku usaha dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada mereka kesempatan untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing secara seimbang (atau sama2 untung)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam soal pelunasan pembiayaan dipercepat misalnya, nilai ini dapat diterjemahkan dengan menawarkan kewajiban yang meringankan Nasabah dan tidak merugikan LKS. Sangat normatif namun niscaya untuk diimplementasilan dengan memilih metode perhitungan yang tepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>"...karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada taqwa.” </i>(Al-Ma’idah: 8)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
silahkan unduh :</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JABI/article/download/1269/1007">http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JABI/article/download/1269/1007</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BrrEn6tgsXZ/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=shnza7wi7yqw">https://www.instagram.com/p/BrrEn6tgsXZ/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=shnza7wi7yqw</a><br />
<br />
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-53969495217753841982019-01-03T16:17:00.001-08:002019-01-04T08:18:12.204-08:00WARA' DAN PENGHARAMAN<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdWwzM1JOc6oofeB1PWA-XIUKqCFC6DHlvIeZ9x6k0FtsiK23fdAK__JoFglIMDFjtW1a0GEHXkNmnl4J4W9HJs4bV8Sg-Kd5Xx7-aNS8NTHmconEuBLy63DCZzsm7-MlBjEUR0YU1KUbh/s1600/Screenshot_2019-01-04-20-15-13-17.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdWwzM1JOc6oofeB1PWA-XIUKqCFC6DHlvIeZ9x6k0FtsiK23fdAK__JoFglIMDFjtW1a0GEHXkNmnl4J4W9HJs4bV8Sg-Kd5Xx7-aNS8NTHmconEuBLy63DCZzsm7-MlBjEUR0YU1KUbh/s400/Screenshot_2019-01-04-20-15-13-17.png" width="225" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seringkali Bani Anti Bank (Syariah) mengeluarkan fatwa haram "menyambar" dengan alasan kehati-hatian (Wara').</div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh saat akun RCC mengharamkan Forex. Saya bertanya detail maksud forex ke admin. Akan tetapi Admin (saat itu) tidak bisa membedakan apa itu forex apa itu valas. Di saat yang sama Admin malah membuat pengharaman lain "Valas boleh forex mutlaq haram". Di ujung cerita Admin menasehati Saya berhati-hati jauh lebih selamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut saya Sang Admin telah masuk dalam "fitnah". Wara' (hati2) untuk pribadi baik. Namun demikian ketika mengeluarkan fatwa untuk urusan orang banyak. Bisa jadi Wara' kita menimbulkan fitnah. Fitnah berarti "Hajat Halal Orang Yang Butuh Menjadi Kita Haramkan hanya karena Wara' kita. Kita memaksa orang untuk Wara' sebagaimana Wara' yang kita pahami sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seringkali kita mengklaim bisa memahami sesuatu. Padahal yang kita pahami adalah pemahaman kita sendiri. Sering kali kita mengatakan berhasil melihat sesuatu. Padahal kita hanya berhasil melihat sesuai dengan batas penglihatan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata pendapat saya ada rujukannya yaitu Syaikh di atas .</div>
<div style="text-align: justify;">
.</div>
<div style="text-align: justify;">
إسمه سليمان الرحيلي من جامعة الإسلميةبالمدينةالمنورة..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wallahu a'lam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.instagram.com/p/Brh_CxkgoVh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1s0n7tfhnokk5">https://www.instagram.com/p/Brh_CxkgoVh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1s0n7tfhnokk5</a><br />
<br />
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<div style="margin: 0px;">
baca juga :</div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Bank Syariah Dihujat</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a></div>
<div style="margin: 0px;">
<br /></div>
<div style="margin: 0px;">
<b>Sharia Business Intelligence</b></div>
<div style="margin: 0px;">
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
</div>
</div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-50400642510182460242018-12-01T18:36:00.003-08:002019-01-03T16:22:07.336-08:00Kholilurrohman Abu Fateh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4rfbYF90OzHFeEjA_j0XA2G7q9NsdNcr5h4lkqFYlY8Tb8FUJkNYyVo9wunEw9IJXJXNfG5xlDG9ql95S5xupTi3Bv-FQ-s8g5D3Tm79qvzlAjY7RlAaxsy4UWzsxiVv_zgxnZ-XvokX-/s1600/fotokholil.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="228" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4rfbYF90OzHFeEjA_j0XA2G7q9NsdNcr5h4lkqFYlY8Tb8FUJkNYyVo9wunEw9IJXJXNfG5xlDG9ql95S5xupTi3Bv-FQ-s8g5D3Tm79qvzlAjY7RlAaxsy4UWzsxiVv_zgxnZ-XvokX-/s1600/fotokholil.jpg"></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br></div>
1. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=4xf-u9l6GMQ">https://www.youtube.com/watch?v=4xf-u9l6GMQ</a><br>
2. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=f89fAmjSiJw">https://www.youtube.com/watch?v=f89fAmjSiJw</a><br>
3. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=8W-NQSrVHIs">https://www.youtube.com/watch?v=8W-NQSrVHIs</a><br>
4. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=Mmuo1jk7w04">https://www.youtube.com/watch?v=Mmuo1jk7w04</a><div><br><div>5. Segera download buku *Memahami Bid'ah Secara komprehensif*, oleh Al Ustadz Dr. H. Kholilurrohman, MA, di link berikut https://play.google.com/store/books/details?id=JbRUDwAAQBAJ</div><div>*********************************</div><div><br></div><div>*Beberapa Masalah Terkait Kaedah Dalam _Istinbath_ Dan _Istidlal_ | Oleh Dr. H. Kholilurrohman, MA*</div><div><br></div><div>*Masalah Pertama:*</div><div>Perkataan yang sering dikemukakan oleh sebagian orang ketika membid’ahkan suatu amalan: “Itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabat, mereka tidak pernah melakukannya, seandainya itu perkara baik niscaya mereka telah mendahului kita dalam melakukannya”.</div><div><br></div><div>*Jawab:* Ketika Nabi tidak melakukan suatu perkara -dalam istilah ilmu Ushul Fiqh disebut at-Tark- mengandung beberapa kemungkinan selain tahrim (pengharaman). Mungkin saja Nabi tidak melakukan suatu perkara hanya karena tidak terbiasa, atau karena lupa atau karena memang tidak terpikirkan sama sekali oleh beliau, atau karena takut hal tersebut difardlukan atas umatnya sehingga memberatkan atau karena hal tersebut sudah masuk dalam keumuman sebuah ayat atau hadits atau kemungkinan-kemungkinan yang lain. Jelas bahwa tidak mungkin Nabi bisa melakukan semua hal yang dianjurkan, karena begitu sibuknya beliau dengan tugas-tugas dakwah, kemasyarakatan atau kenegaraan. Jadi hanya karena Nabi tidak melakukan sesuatu lalu sesuatu itu diharamkan, ini adalah istinbath yang keliru.</div><div>Demikian juga ketika para ulama salaf tidak melakukan suatu hal itu mengandung beberapa kemungkinan. Mungkin saja mereka tidak melakukannya karena kebetulan saja, atau karena menganggapnya tidak boleh atau menganggapnya boleh tetapi ada yang lebih afdlal sehingga mereka melakukan yang lebih afdlal…dan beberapa kemungkinan lain. Jika demikian halnya at-Tark (tidak melakukan) saja tidak bisa dijadikan dalil, karena kaedah mengatakan:</div><div><br></div><div>مَا دَخَلَهُ الاحْتِمَالُ سَقَطَ بِهِ الاسْتِدْلاَلُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Dalil yang mengandung beberapa kemungkinan tidak bisa lagi dijadikan dalil (untuk salah satu kemungkinan saja tanpa ada dalil lain)".</div><div><br></div><div>Oleh karena itu al Imam asy-Syafi'i mengatakan:</div><div><br></div><div>كُلُّ مَا لَهُ مُسْتَنَدٌ مِنَ الشَّرْعِ فَلَيْسَ بِبِدْعَةٍ وَلَوْ لَمْ يَعْمَلْ بِهِ السَّلَفُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Setiap perkara yang memiliki sandaran dari syara' bukanlah bid'ah meskipun tidak pernah dilakukan oleh ulama salaf".</div><div><br></div><div>Jadi perlu diketahui bahwa ada sebuah kaedah ushul fiqh:</div><div><br></div><div>تَرْكُ الشَّىْءِ لاَ يَدُلُّ عَلَى مَنْعِهِ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Tidak melakukan sesuatu tidak menunjukkan bahwa sesuatu tersebut terlarang". </div><div><br></div><div>At-Tark yang dimaksud adalah ketika Nabi tidak melakukan sesuatu atau salaf tidak melakukan sesuatu, tanpa ada hadits atau atsar lain yang melarang (untuk melakukan) sesuatu (yang ditinggalkan) tersebut yang menunjukkan keharaman atau kemakruhannya. Jadi at-Tark saja tidak menunjukkan keharaman sesuatu. At-Tark saja jika tidak disertai nash lain yang menunjukkan bahwa al matruk dilarang bukanlah dalil bahwa sesuatu itu haram, paling jauh itu menunjukkan bahwa meninggalkan sesuatu itu boleh. Sedangkan bahwa sesuatu itu dilarang tidak bisa dipahami dari at-Tark saja, tetapi harus diambil dari dalil lain yang menunjukkan pelarangan, jika tidak ada berarti tidak terlarang dengan dalil at-Tark saja.</div><div>Perlu diketahui bahwa pengharaman sesuatu hanya bisa diambil dari salah satu di antara tiga hal: ada Nahy (larangan), atau lafazh tahrim atau dicela dan diancam pelaku suatu perbuatan dengan dosa atau siksa. Karena at-Tark tidak termasuk dalam tiga hal ini berarti at-tark bukan dalil pengharaman. Karena itulah Allah berfirman:</div><div><br></div><div>وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا )سورة الحشر(</div><div><br></div><div>Maknanya: "Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…" (Q.S. al Hasyr: 7)</div><div><br></div><div>Allah tidak menyatakan:</div><div><br></div><div>وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا تَرَكَهُ فَانْتَهُوْا عَنْهُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah dia dan apa yang ditinggalkannya maka tinggalkanlah".</div><div><br></div><div>Imam Abu Sa'id ibn Lubb mengatakan:</div><div><br></div><div>فَالتَّرْكُ لَيْسَ بِمُوْجِبٍ لِحُكْمٍ فِي ذَلِكَ الْمَتْرُوْكِ إِلاَّ جَوَازَ التَّرْكِ وَانْتِفَاءَ الْحَرَجِ فِيْهِ، وَأَمَّا تَحْرِيْمٌ أَوْ لُصُوْقُ كَرَاهِيَةٍ بِالْمَتْرُوْكِ فَلاَ، وَلاَ سِيَّمَا فِيْمَا لَهُ أَصْلٌ جُمْلِيٌّ مُتَقَرِّرٌ مِنَ الشَّرْعِ كَالدُّعَاءِ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Jadi at-Tark tidak memiliki</div><div><br></div><div>akibat hukum apapun terhadap al Matruk kecuali hanya kebolehan meninggalkan al Matruk dan ketiadaan cela dalam meninggalkan hal tersebut. Sedangkan pengharaman atau pengenaan kemakruhan terhadap al Matruk itu tidak ada padanya, apalagi dalam hal yang tentangnya terdapat dalil umum dan global dari syara' seperti doa misalnya".</div><div><br></div><div>Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Syarh al Bukhari:</div><div><br></div><div>قَالَ ابْنُ بَطَّالٍ: فِعْلُ الرَّسُوْلِ إِذَا تَجَرَّدَ عَنِ القَرَائِنِ –وَكَذَا تَرْكُهُ- لاَ يَدُلُّ عَلَى وُجُوْبٍ وَتَحْرِيْمٍ". (فتح الباري 9/ 14)</div><div><br></div><div>Maknanya: “Ibnu Baththal mengatakan: Perbuatan Rasulullah jika tidak ada qarinah lain –demikian pula tark-nya - tidak menunjukkan kewajiban dan keharaman”.</div><div><br></div><div>Jadi perkataan al Hafizh Ibnu Hajar " وَكَذَا تَرْكُهُ" menunjukkan bahwa at-Tark saja (Mujarrad at-Tark) tidak menunjukkan pengharaman.</div><div><br></div><div>*Masalah Kedua:* “Sebagian kalangan sering mengatakan ketika melihat orang melakukan suatu amalan: Ini tidak ada dalilnya! dengan maksud tidak ada ayat atau hadits khusus yang berbicara tentang masalah tersebut”.</div><div><br></div><div>*Jawab:*</div><div>Dalam ushul fiqh dijelaskan bahwa jika sebuah ayat atau hadits dengan keumumannya mencakup suatu perkara, itu menunjukkan bahwa perkara tersebut masyru'. Jadi keumuman ayat atau hadits adalah dalil syar'i. Dalil-dalil umum tersebut adalah seperti:</div><div><br></div><div>وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [سورة الحـجّ</div><div><br></div><div>Maknanya: “Dan lakukan kebaikan supaya kalian beruntung” (Q.S. al Hajj: 77)</div><div>Jadi dalil yang umum diberlakukan untuk semua cakupannya. Kaedah mengatakan:</div><div><br></div><div> " العَامُّ يُعْمَلُ بِهِ فِيْ جَمِيْعِ جُزْئِيَّاتِهِ ".</div><div><br></div><div>"Dalil yang umum diterapkan (digunakan) dalam semua bagian-bagian (cakupannya)".</div><div> Ini sangat bertentangan dengan kebiasaan sebagian orang. Sebagian orang tidak menganggap cukup sebagai dalil dalam suatu masalah tertentu bahwa hal tersebut dicakup oleh keumuman sebuah dalil, mereka selalu menuntut dalil khusus tentang masalah tersebut. Sikap seperti ini sangat berbahaya dan bahkan bisa mengantarkan kepada kekufuran tanpa mereka sadari. Karena jika setiap peristiwa atau masalah disyaratkan untuk dikatakan masyru' dan tidak disebut sebagai bid'ah bahwa ada dalil khusus tentangnya, niscaya akan tidak berfungsi keumuman al Qur'an dan Sunnah dan tidak sah lagi berdalil dengan keumuman tersebut. Ini artinya merobohkan sebagian besar dalil-dalil syar'i dan mempersempit wilayah hukum dan itu artinya bahwa syari'at ini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tentang hukum peristiwa-peristiwa yang terus berkembang dengan berkembangnya zaman. Ini semua adalah akibat-akibat yang bisa mengantarkan kepada penghinaan dan pelecehan terhadap syari'at, padahal jelas penghinaan terhadap syari'at merupakan kekufuran yang sangat nyata.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke tiga:*</div><div>Dalam menetapkan hukum suatu permasalahan tidak diharuskan ada banyak dalil; berupa beberapa ayat atau beberapa hadits misalnya. Jika memang sudah ada satu hadits saja misalnya dan para mujtahid menetapkan hukum berdasarkan hadits tersebut maka hal itu sudah cukup.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke empat:*</div><div>Dalam beristidlal sering dijumpai adanya hadits yang diperselisihkan status dan kehujjahannya di kalangan para ulama hadits sendiri. Perbedaan penilaian terhadap suatu hadits inilah salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan para ulama mujtahid. Seandainya bukan karena hal ini, niscaya para ulama tidak akan berbeda pendapat dalam sekian banyak masalah furu’ dalam bab ibadah dan mu’amalah. Oleh karenanya, jika ada hadits yang statusnya masih diperselisihkan di kalangan para ahli maka sah-sah saja jika kita mengikuti salah seorang ulama hadits, apalagi jika yang kita ikuti betul-betul ahli di bidangnya seperti Ibnu Hibban, Abu Dawud, at-Tirmidzi, al Hakim, al Bayhaqi, an-Nawawi, al Hafizh Ibnu Hajar, as-Sakhawi, as-Suyuthi dan semacamnya. Karena memang menurut para ulama hadits sendiri, Hadits itu ada yang muttafaq ‘ala shihhatihi dan ada yang mukhtalaf fi Shihhatihi .</div><div>Dari penjelasan ini diketahui bahwa jika ada sebagian kalangan yang mengira bahwa hanya mereka yang mengetahui hadits yang sahih dan hanya mereka yang memiliki hadits yang sahih, hadits yang ada pada mereka saja yang sahih dan semua hadits yang ada pada selain mereka tidak sahih, maka orang seperti ini betul-betul tidak mengerti tentang apa yang dia katakan. Orang seperti ini tidak tahu menahu tentang ilmu hadits dan para ahli hadits yang sebenarnya.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke lima:*</div><div>Kaedah: ada sebuah kaedah yang sangat penting dalam beristidlal, orang yang tidak mengetahuinya bisa terperosok dalam kesesatan mengharamkan perkara yang dihalalkan oleh Allah atau sebaliknya. Al Hafizh al Faqih al Khathib al Baghdadi menyebutkan kaedah tersebut dalam kitab al Faqih Wal Mutafaqqih (h. 132):</div><div><br></div><div>"وَإِذَا رَوَى الثِّقَةُ الْمَأْمُوْنُ خَبَرًا مُتَّصِلَ الإِسْنَادِ رُدَّ بِأُمُوْرٍ" ثُمَّ قَالَ: "وَالثَّانِيْ أَنْ يُخَالِفَ نَصَّ الْكِتَابِ أَوْ السُّـنَّةِ الْمُتَوَاتِرَةِ فَيُعْلَمُ أَنَّهُ لاَ أَصْلَ لَهُ أَوْ مَنْسُوْخٌ، وَالثَّالِثُ أَنْ يُخَالِفَ الإِجْمَاعَ فَيُسْتَدَلُّ عَلَى أَنَّهُ مَنْسُوْخٌ أَوْ لاَ أَصْلَ لَهُ، لأَنَّهُ لاَ يَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ صَحِيْحًا غَيْرَ مَنْسُوْخٍ وَتُجْمِعُ الأُمَّةُ عَلَى خِلاَفِهِ" ا.هـ.</div><div><br></div><div>"Jika seorang perawi yang tsiqah ma'mun (terpercaya) meriwayatkan hadits yang bersambung sanadnya bisa tertolak karena beberapa hal", kemudian beliau mengatakan: "Kedua: hadits tersebut menyalahi nash al Qur'an, hadits mutawatir, sehingga dari sini diketahui bahwa hadits tersebut sebenarnya tidak memiliki asal atau mansukh (telah dihapus dan tidak berlaku lagi). Ketiga: hadits tersebut menyalahi ijma', sehingga itu menjadi petunjuk bahwa hadits tersebut sebenarnya mansukh atau tidak memiliki asal, karena tidak mungkin hadits tersebut sahih dan tidak mansukh lalu ummat sepakat untuk menyalahinya".</div><div>Orang yang tidak mengetahui kaedah ini bisa mengharamkan perkara yang dihalalkan oleh Allah, seperti sebagian orang yang mengaku mujtahid di masa kini yang mengharamkan bagi perempuan untuk memakai perhiasan emas yang berbentuk lingkaran (adz-Dzahab al Muhallaq) seperti cincin, gelang, kalung, anting dan semacamnya. Pengharaman itu dikarenakan ia menemukan beberapa hadits yang sahih menurutnya yang mengharamkan perhiasan emas tersebut. Padahal hadits-hadits tersebut sebenarnya menyalahi nash al Qur'an seperti firman Allah:</div><div><br></div><div>أَوَ مَن يُنَشَّؤُا فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ [سورة الزخرف</div><div><br></div><div>Maknanya: "Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran". (Q.S. az-Zukhruf: 18)</div><div>Hadits-hadits tersebut juga menyalahi ijma' sehingga dengan begitu diketahui bahwa hadits tersebut telah dinasakh (telah dihapus dan tidak berlaku lagi). Al Hafizh al Bayhaqi mengatakan:</div><div><br></div><div>"فَهذِهِ الأَخْبَارُ أَيْ فِيْ الإِبَاحَةِ وَمَا وَرَدَ فِيْ مَعْنَاهَا تَدُلُّ عَلَى إِبَاحَةِ التَّحَلِّيْ بِالذَّهَبِ لِلنِّسَاءِ، وَاسْتَدْلَلْنَا بِحُصُوْلِ الإِجْمَاعِ عَلَى إِبَاحَتِهِ لَهُنَّ عَلَى نَسْخِ الأَخْبَارِ الدَّالَّةِ عَلَى تَحْرِيْمِهِ فِيْهِنَّ خَاصَّةً"ا.هـ.</div><div><br></div><div>"Jadi hadits-hadits ini dan semacamnya menunjukkan dibolehkannya berhias dengan emas bagi perempuan, dan kita menjadikan adanya ijma' atas kebolehan permpuan memakai perhiasan emas sebagai dalil bahwa hadits-hadits yang mengharamkan emas bagi perempuan secara khusus telah dinasakh" .</div><div><br></div><div>Anehnya, di sisi lain, orang-orang semacam ini ketika bertemu dengan hadits yang bertentangan dengan pendapat mereka, dengan mudah mereka mengklaim bahwa hadits tersebut mansukh atau khusus berlaku bagi Nabi tanpa ada dalil yang menunjukkan nasakh atau-pun khushushiyyah. Tetapi dalam hal yang oleh para ulama ditegaskan ada nasikh mereka tidak mau mengikutinya sambil berlagak menegakkan dan membela sunnah Nabi ?!!.</div><div><br></div><div>*Kedah Ke enam:*</div><div>Kaedah: Para ulama mujtahid dalam bidang furu’ tidak pernah salah seorang dari mereka mengklaim bahwa dirinya saja yang benar dan selainnya sesat. Mereka tidak pernah mengatakan kepada mujtahid lain yang berbeda pendapat dengan mereka bahwa anda sesat dan haram orang mengikuti anda. Umar bin al Khaththab tidak pernah mengatakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib ketika mereka berbeda pendapat, demikian pula sebaliknya Ali tidak pernah mengatakan hal seperti itu kepada Umar. Demikian pula para ulama ahli ijtihad yang lain seperti Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Ibnu al Mundzir, Ibnu Jarir ath-Thabari dan lainnya. Mereka juga tidak pernah melarang orang untuk mengikuti madzhab orang lain selama yang diikuti memang seorang ahli ijtihad. Mereka juga tidak pernah berambisi mengajak semua ummat Islam untuk mengikuti pendapatnya. Mereka tahu betul bahwa perbedaan dalam masalah-masalah furu’ telah terjadi sejak awal di masa para sahabat Nabi dan mereka tidak pernah saling menyesatkan atau melarang orang untuk mengikuti salah satu di antara mereka. Dalam berbeda pendapat, mereka berpegang pada sebuah kaedah yang disepakati :</div><div><br></div><div> "لاَ يُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيْهِ وَإِنَّمَا يُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ".</div><div><br></div><div>“Tidak diingkari orang yang mengikuti salah satu pendapat para mujtahid dalam masalah yang memang diperselisihkan hukumnya (mukhtalaf fih) di kalangan mereka, melainkan yang diingkari adalah orang yang menyalahi para ulama mujtahid dalam masalah yang mereka sepakati hukumnya (mujma’ ‘alayhi)”.</div><div><br></div><div>Maksud dari kaedah ini bahwa jika para ulama mujtahid berbeda pendapat tentang suatu permasalahan, ada yang mengatakan wajib, sunnah atau makruh, haram, atau boleh dan tidak boleh, maka tidak dilarang seseorang untuk mengikuti salah satu pendapat mereka. Tetapi jika hukum suatu permasalahan telah mereka sepakati, mereka memiliki pendapat yang sama dan satu tentang masalah tersebut maka tidak diperbolehkan orang menyalahi kesepakatan mereka tersebut dan mengikuti pendapat lain atau memunculkan pendapat pribadi yang berbeda.</div><div><br></div><div> </div><div>=== Referensi====</div><div><br></div><div>[1]Lihat as-Suyuthi, al Hawi li al Fataawi (2/210), Risalah Bulugh al Ma’mul fi Khidmah ar-Rasul. </div><div>[2] Lebih lanjut lihat Syekh Abdullah al Harari, Sharih al Bayan, 2/20-22</div><div>[3] Lihat as-Suyuthi, al Asybaah wa an-Nazha-ir, h. 107, Syekh Yasin al Fadani, al Fawa-id al Janiyyah, h. 579-584.https://play.google.com/store/books/details?id=JbRUDwAAQBAJ</div><div>*********************************</div><div><br></div><div>*Beberapa Masalah Terkait Kaedah Dalam _Istinbath_ Dan _Istidlal_ | Oleh Dr. H. Kholilurrohman, MA*</div><div><br></div><div>*Masalah Pertama:*</div><div>Perkataan yang sering dikemukakan oleh sebagian orang ketika membid’ahkan suatu amalan: “Itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabat, mereka tidak pernah melakukannya, seandainya itu perkara baik niscaya mereka telah mendahului kita dalam melakukannya”.</div><div><br></div><div>*Jawab:* Ketika Nabi tidak melakukan suatu perkara -dalam istilah ilmu Ushul Fiqh disebut at-Tark- mengandung beberapa kemungkinan selain tahrim (pengharaman). Mungkin saja Nabi tidak melakukan suatu perkara hanya karena tidak terbiasa, atau karena lupa atau karena memang tidak terpikirkan sama sekali oleh beliau, atau karena takut hal tersebut difardlukan atas umatnya sehingga memberatkan atau karena hal tersebut sudah masuk dalam keumuman sebuah ayat atau hadits atau kemungkinan-kemungkinan yang lain. Jelas bahwa tidak mungkin Nabi bisa melakukan semua hal yang dianjurkan, karena begitu sibuknya beliau dengan tugas-tugas dakwah, kemasyarakatan atau kenegaraan. Jadi hanya karena Nabi tidak melakukan sesuatu lalu sesuatu itu diharamkan, ini adalah istinbath yang keliru.</div><div>Demikian juga ketika para ulama salaf tidak melakukan suatu hal itu mengandung beberapa kemungkinan. Mungkin saja mereka tidak melakukannya karena kebetulan saja, atau karena menganggapnya tidak boleh atau menganggapnya boleh tetapi ada yang lebih afdlal sehingga mereka melakukan yang lebih afdlal…dan beberapa kemungkinan lain. Jika demikian halnya at-Tark (tidak melakukan) saja tidak bisa dijadikan dalil, karena kaedah mengatakan:</div><div><br></div><div>مَا دَخَلَهُ الاحْتِمَالُ سَقَطَ بِهِ الاسْتِدْلاَلُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Dalil yang mengandung beberapa kemungkinan tidak bisa lagi dijadikan dalil (untuk salah satu kemungkinan saja tanpa ada dalil lain)".</div><div><br></div><div>Oleh karena itu al Imam asy-Syafi'i mengatakan:</div><div><br></div><div>كُلُّ مَا لَهُ مُسْتَنَدٌ مِنَ الشَّرْعِ فَلَيْسَ بِبِدْعَةٍ وَلَوْ لَمْ يَعْمَلْ بِهِ السَّلَفُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Setiap perkara yang memiliki sandaran dari syara' bukanlah bid'ah meskipun tidak pernah dilakukan oleh ulama salaf".</div><div><br></div><div>Jadi perlu diketahui bahwa ada sebuah kaedah ushul fiqh:</div><div><br></div><div>تَرْكُ الشَّىْءِ لاَ يَدُلُّ عَلَى مَنْعِهِ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Tidak melakukan sesuatu tidak menunjukkan bahwa sesuatu tersebut terlarang". </div><div><br></div><div>At-Tark yang dimaksud adalah ketika Nabi tidak melakukan sesuatu atau salaf tidak melakukan sesuatu, tanpa ada hadits atau atsar lain yang melarang (untuk melakukan) sesuatu (yang ditinggalkan) tersebut yang menunjukkan keharaman atau kemakruhannya. Jadi at-Tark saja tidak menunjukkan keharaman sesuatu. At-Tark saja jika tidak disertai nash lain yang menunjukkan bahwa al matruk dilarang bukanlah dalil bahwa sesuatu itu haram, paling jauh itu menunjukkan bahwa meninggalkan sesuatu itu boleh. Sedangkan bahwa sesuatu itu dilarang tidak bisa dipahami dari at-Tark saja, tetapi harus diambil dari dalil lain yang menunjukkan pelarangan, jika tidak ada berarti tidak terlarang dengan dalil at-Tark saja.</div><div>Perlu diketahui bahwa pengharaman sesuatu hanya bisa diambil dari salah satu di antara tiga hal: ada Nahy (larangan), atau lafazh tahrim atau dicela dan diancam pelaku suatu perbuatan dengan dosa atau siksa. Karena at-Tark tidak termasuk dalam tiga hal ini berarti at-tark bukan dalil pengharaman. Karena itulah Allah berfirman:</div><div><br></div><div>وَمَآءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَانَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا )سورة الحشر(</div><div><br></div><div>Maknanya: "Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…" (Q.S. al Hasyr: 7)</div><div><br></div><div>Allah tidak menyatakan:</div><div><br></div><div>وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا تَرَكَهُ فَانْتَهُوْا عَنْهُ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu maka terimalah dia dan apa yang ditinggalkannya maka tinggalkanlah".</div><div><br></div><div>Imam Abu Sa'id ibn Lubb mengatakan:</div><div><br></div><div>فَالتَّرْكُ لَيْسَ بِمُوْجِبٍ لِحُكْمٍ فِي ذَلِكَ الْمَتْرُوْكِ إِلاَّ جَوَازَ التَّرْكِ وَانْتِفَاءَ الْحَرَجِ فِيْهِ، وَأَمَّا تَحْرِيْمٌ أَوْ لُصُوْقُ كَرَاهِيَةٍ بِالْمَتْرُوْكِ فَلاَ، وَلاَ سِيَّمَا فِيْمَا لَهُ أَصْلٌ جُمْلِيٌّ مُتَقَرِّرٌ مِنَ الشَّرْعِ كَالدُّعَاءِ</div><div><br></div><div>Maknanya: "Jadi at-Tark tidak memiliki</div><div><br></div><div>akibat hukum apapun terhadap al Matruk kecuali hanya kebolehan meninggalkan al Matruk dan ketiadaan cela dalam meninggalkan hal tersebut. Sedangkan pengharaman atau pengenaan kemakruhan terhadap al Matruk itu tidak ada padanya, apalagi dalam hal yang tentangnya terdapat dalil umum dan global dari syara' seperti doa misalnya".</div><div><br></div><div>Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam Syarh al Bukhari:</div><div><br></div><div>قَالَ ابْنُ بَطَّالٍ: فِعْلُ الرَّسُوْلِ إِذَا تَجَرَّدَ عَنِ القَرَائِنِ –وَكَذَا تَرْكُهُ- لاَ يَدُلُّ عَلَى وُجُوْبٍ وَتَحْرِيْمٍ". (فتح الباري 9/ 14)</div><div><br></div><div>Maknanya: “Ibnu Baththal mengatakan: Perbuatan Rasulullah jika tidak ada qarinah lain –demikian pula tark-nya - tidak menunjukkan kewajiban dan keharaman”.</div><div><br></div><div>Jadi perkataan al Hafizh Ibnu Hajar " وَكَذَا تَرْكُهُ" menunjukkan bahwa at-Tark saja (Mujarrad at-Tark) tidak menunjukkan pengharaman.</div><div><br></div><div>*Masalah Kedua:* “Sebagian kalangan sering mengatakan ketika melihat orang melakukan suatu amalan: Ini tidak ada dalilnya! dengan maksud tidak ada ayat atau hadits khusus yang berbicara tentang masalah tersebut”.</div><div><br></div><div>*Jawab:*</div><div>Dalam ushul fiqh dijelaskan bahwa jika sebuah ayat atau hadits dengan keumumannya mencakup suatu perkara, itu menunjukkan bahwa perkara tersebut masyru'. Jadi keumuman ayat atau hadits adalah dalil syar'i. Dalil-dalil umum tersebut adalah seperti:</div><div><br></div><div>وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [سورة الحـجّ</div><div><br></div><div>Maknanya: “Dan lakukan kebaikan supaya kalian beruntung” (Q.S. al Hajj: 77)</div><div>Jadi dalil yang umum diberlakukan untuk semua cakupannya. Kaedah mengatakan:</div><div><br></div><div> " العَامُّ يُعْمَلُ بِهِ فِيْ جَمِيْعِ جُزْئِيَّاتِهِ ".</div><div><br></div><div>"Dalil yang umum diterapkan (digunakan) dalam semua bagian-bagian (cakupannya)".</div><div> Ini sangat bertentangan dengan kebiasaan sebagian orang. Sebagian orang tidak menganggap cukup sebagai dalil dalam suatu masalah tertentu bahwa hal tersebut dicakup oleh keumuman sebuah dalil, mereka selalu menuntut dalil khusus tentang masalah tersebut. Sikap seperti ini sangat berbahaya dan bahkan bisa mengantarkan kepada kekufuran tanpa mereka sadari. Karena jika setiap peristiwa atau masalah disyaratkan untuk dikatakan masyru' dan tidak disebut sebagai bid'ah bahwa ada dalil khusus tentangnya, niscaya akan tidak berfungsi keumuman al Qur'an dan Sunnah dan tidak sah lagi berdalil dengan keumuman tersebut. Ini artinya merobohkan sebagian besar dalil-dalil syar'i dan mempersempit wilayah hukum dan itu artinya bahwa syari'at ini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tentang hukum peristiwa-peristiwa yang terus berkembang dengan berkembangnya zaman. Ini semua adalah akibat-akibat yang bisa mengantarkan kepada penghinaan dan pelecehan terhadap syari'at, padahal jelas penghinaan terhadap syari'at merupakan kekufuran yang sangat nyata.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke tiga:*</div><div>Dalam menetapkan hukum suatu permasalahan tidak diharuskan ada banyak dalil; berupa beberapa ayat atau beberapa hadits misalnya. Jika memang sudah ada satu hadits saja misalnya dan para mujtahid menetapkan hukum berdasarkan hadits tersebut maka hal itu sudah cukup.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke empat:*</div><div>Dalam beristidlal sering dijumpai adanya hadits yang diperselisihkan status dan kehujjahannya di kalangan para ulama hadits sendiri. Perbedaan penilaian terhadap suatu hadits inilah salah satu faktor penyebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan para ulama mujtahid. Seandainya bukan karena hal ini, niscaya para ulama tidak akan berbeda pendapat dalam sekian banyak masalah furu’ dalam bab ibadah dan mu’amalah. Oleh karenanya, jika ada hadits yang statusnya masih diperselisihkan di kalangan para ahli maka sah-sah saja jika kita mengikuti salah seorang ulama hadits, apalagi jika yang kita ikuti betul-betul ahli di bidangnya seperti Ibnu Hibban, Abu Dawud, at-Tirmidzi, al Hakim, al Bayhaqi, an-Nawawi, al Hafizh Ibnu Hajar, as-Sakhawi, as-Suyuthi dan semacamnya. Karena memang menurut para ulama hadits sendiri, Hadits itu ada yang muttafaq ‘ala shihhatihi dan ada yang mukhtalaf fi Shihhatihi .</div><div>Dari penjelasan ini diketahui bahwa jika ada sebagian kalangan yang mengira bahwa hanya mereka yang mengetahui hadits yang sahih dan hanya mereka yang memiliki hadits yang sahih, hadits yang ada pada mereka saja yang sahih dan semua hadits yang ada pada selain mereka tidak sahih, maka orang seperti ini betul-betul tidak mengerti tentang apa yang dia katakan. Orang seperti ini tidak tahu menahu tentang ilmu hadits dan para ahli hadits yang sebenarnya.</div><div><br></div><div>*Kaedah Ke lima:*</div><div>Kaedah: ada sebuah kaedah yang sangat penting dalam beristidlal, orang yang tidak mengetahuinya bisa terperosok dalam kesesatan mengharamkan perkara yang dihalalkan oleh Allah atau sebaliknya. Al Hafizh al Faqih al Khathib al Baghdadi menyebutkan kaedah tersebut dalam kitab al Faqih Wal Mutafaqqih (h. 132):</div><div><br></div><div>"وَإِذَا رَوَى الثِّقَةُ الْمَأْمُوْنُ خَبَرًا مُتَّصِلَ الإِسْنَادِ رُدَّ بِأُمُوْرٍ" ثُمَّ قَالَ: "وَالثَّانِيْ أَنْ يُخَالِفَ نَصَّ الْكِتَابِ أَوْ السُّـنَّةِ الْمُتَوَاتِرَةِ فَيُعْلَمُ أَنَّهُ لاَ أَصْلَ لَهُ أَوْ مَنْسُوْخٌ، وَالثَّالِثُ أَنْ يُخَالِفَ الإِجْمَاعَ فَيُسْتَدَلُّ عَلَى أَنَّهُ مَنْسُوْخٌ أَوْ لاَ أَصْلَ لَهُ، لأَنَّهُ لاَ يَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ صَحِيْحًا غَيْرَ مَنْسُوْخٍ وَتُجْمِعُ الأُمَّةُ عَلَى خِلاَفِهِ" ا.هـ.</div><div><br></div><div>"Jika seorang perawi yang tsiqah ma'mun (terpercaya) meriwayatkan hadits yang bersambung sanadnya bisa tertolak karena beberapa hal", kemudian beliau mengatakan: "Kedua: hadits tersebut menyalahi nash al Qur'an, hadits mutawatir, sehingga dari sini diketahui bahwa hadits tersebut sebenarnya tidak memiliki asal atau mansukh (telah dihapus dan tidak berlaku lagi). Ketiga: hadits tersebut menyalahi ijma', sehingga itu menjadi petunjuk bahwa hadits tersebut sebenarnya mansukh atau tidak memiliki asal, karena tidak mungkin hadits tersebut sahih dan tidak mansukh lalu ummat sepakat untuk menyalahinya".</div><div>Orang yang tidak mengetahui kaedah ini bisa mengharamkan perkara yang dihalalkan oleh Allah, seperti sebagian orang yang mengaku mujtahid di masa kini yang mengharamkan bagi perempuan untuk memakai perhiasan emas yang berbentuk lingkaran (adz-Dzahab al Muhallaq) seperti cincin, gelang, kalung, anting dan semacamnya. Pengharaman itu dikarenakan ia menemukan beberapa hadits yang sahih menurutnya yang mengharamkan perhiasan emas tersebut. Padahal hadits-hadits tersebut sebenarnya menyalahi nash al Qur'an seperti firman Allah:</div><div><br></div><div>أَوَ مَن يُنَشَّؤُا فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ [سورة الزخرف</div><div><br></div><div>Maknanya: "Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan yang terang dalam pertengkaran". (Q.S. az-Zukhruf: 18)</div><div>Hadits-hadits tersebut juga menyalahi ijma' sehingga dengan begitu diketahui bahwa hadits tersebut telah dinasakh (telah dihapus dan tidak berlaku lagi). Al Hafizh al Bayhaqi mengatakan:</div><div><br></div><div>"فَهذِهِ الأَخْبَارُ أَيْ فِيْ الإِبَاحَةِ وَمَا وَرَدَ فِيْ مَعْنَاهَا تَدُلُّ عَلَى إِبَاحَةِ التَّحَلِّيْ بِالذَّهَبِ لِلنِّسَاءِ، وَاسْتَدْلَلْنَا بِحُصُوْلِ الإِجْمَاعِ عَلَى إِبَاحَتِهِ لَهُنَّ عَلَى نَسْخِ الأَخْبَارِ الدَّالَّةِ عَلَى تَحْرِيْمِهِ فِيْهِنَّ خَاصَّةً"ا.هـ.</div><div><br></div><div>"Jadi hadits-hadits ini dan semacamnya menunjukkan dibolehkannya berhias dengan emas bagi perempuan, dan kita menjadikan adanya ijma' atas kebolehan permpuan memakai perhiasan emas sebagai dalil bahwa hadits-hadits yang mengharamkan emas bagi perempuan secara khusus telah dinasakh" .</div><div><br></div><div>Anehnya, di sisi lain, orang-orang semacam ini ketika bertemu dengan hadits yang bertentangan dengan pendapat mereka, dengan mudah mereka mengklaim bahwa hadits tersebut mansukh atau khusus berlaku bagi Nabi tanpa ada dalil yang menunjukkan nasakh atau-pun khushushiyyah. Tetapi dalam hal yang oleh para ulama ditegaskan ada nasikh mereka tidak mau mengikutinya sambil berlagak menegakkan dan membela sunnah Nabi ?!!.</div><div><br></div><div>*Kedah Ke enam:*</div><div>Kaedah: Para ulama mujtahid dalam bidang furu’ tidak pernah salah seorang dari mereka mengklaim bahwa dirinya saja yang benar dan selainnya sesat. Mereka tidak pernah mengatakan kepada mujtahid lain yang berbeda pendapat dengan mereka bahwa anda sesat dan haram orang mengikuti anda. Umar bin al Khaththab tidak pernah mengatakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib ketika mereka berbeda pendapat, demikian pula sebaliknya Ali tidak pernah mengatakan hal seperti itu kepada Umar. Demikian pula para ulama ahli ijtihad yang lain seperti Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal, Ibnu al Mundzir, Ibnu Jarir ath-Thabari dan lainnya. Mereka juga tidak pernah melarang orang untuk mengikuti madzhab orang lain selama yang diikuti memang seorang ahli ijtihad. Mereka juga tidak pernah berambisi mengajak semua ummat Islam untuk mengikuti pendapatnya. Mereka tahu betul bahwa perbedaan dalam masalah-masalah furu’ telah terjadi sejak awal di masa para sahabat Nabi dan mereka tidak pernah saling menyesatkan atau melarang orang untuk mengikuti salah satu di antara mereka. Dalam berbeda pendapat, mereka berpegang pada sebuah kaedah yang disepakati :</div><div><br></div><div> "لاَ يُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيْهِ وَإِنَّمَا يُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ".</div><div><br></div><div>“Tidak diingkari orang yang mengikuti salah satu pendapat para mujtahid dalam masalah yang memang diperselisihkan hukumnya (mukhtalaf fih) di kalangan mereka, melainkan yang diingkari adalah orang yang menyalahi para ulama mujtahid dalam masalah yang mereka sepakati hukumnya (mujma’ ‘alayhi)”.</div><div><br></div><div>Maksud dari kaedah ini bahwa jika para ulama mujtahid berbeda pendapat tentang suatu permasalahan, ada yang mengatakan wajib, sunnah atau makruh, haram, atau boleh dan tidak boleh, maka tidak dilarang seseorang untuk mengikuti salah satu pendapat mereka. Tetapi jika hukum suatu permasalahan telah mereka sepakati, mereka memiliki pendapat yang sama dan satu tentang masalah tersebut maka tidak diperbolehkan orang menyalahi kesepakatan mereka tersebut dan mengikuti pendapat lain atau memunculkan pendapat pribadi yang berbeda.</div><div><br></div><div> </div><div>=== Referensi====</div><div><br></div><div>[1]Lihat as-Suyuthi, al Hawi li al Fataawi (2/210), Risalah Bulugh al Ma’mul fi Khidmah ar-Rasul. </div><div>[2] Lebih lanjut lihat Syekh Abdullah al Harari, Sharih al Bayan, 2/20-22</div><div>[3] Lihat as-Suyuthi, al Asybaah wa an-Nazha-ir, h. 107, Syekh Yasin al Fadani, al Fawa-id al Janiyyah, h. 579-584.</div></div><div><br></div><div>================</div><div><br></div><div><div>*Kisah Nyata Cerita Penting [Ahli Ma’rifat Adalah Ahli Tauhid] | Oleh : Dr. H. Kholilurrohman, MA* .</div><div>Cerita ini dikutip oleh para ulama kita, di antaranya oleh Syaikh Abd al-Wahhab asy-Sya’rani dalam ath-Thabaqat al-Kubra, Syaikh Yusuf Isma’il an-Nabhani dalam Jami’ Karamat al-Awliya’, Ibn al-Imad al-Hanbali dalam Syadzrat adz-Dzahab Fi Akhbari Man Dzahab, dan lainnya. Bahwa suatu ketika Wali Allah yang sangat saleh; Syaikh Abd al-Qadir al-Jilani dalam khalwat-nya didatangi Iblis yang menyerupai sinar sangat indah, Iblis berkata:</div><div>.</div><div>_“Wahai Abd al-Qadir, Aku adalah Allah, seluruh kewajiban telah aku gugurkan darimu, dan segala yang haram telah aku halalkan bagimu. Maka berbuatlah sesukamu, karena seluruh dosa-dosamu telah aku ampuni….”._ .</div><div>Saat itu pula Syaikh Abd al-Qadir manjawab:</div><div>.</div><div>_“Khasi’ta ya Iblis… Khasi’ta ya la’in… (Kurang ajar engkau wajai Iblis.. Kurang ajar engkau wahai makhluk terkutuk..)”._</div><div>.</div><div>Iblis kemudian mengaku bahwa dirinya adalah Iblis, ia berkata:</div><div>.</div><div>_“Wahai Abd al-Qadir, engkau telah mengalahkanku dengan ilmumu, padahal dengan cara ini aku telah menyesatkan 70 orang lebih ahli ibadah (yang tidak berilmu)…”._ .</div><div>.</div><div>"Dari kisah nyata ini Para Ulama kita...."</div><div>https://www.instagram.com/p/BsHzm-oAI0h/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=f3tv2d9bhpjn</div></div>Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-85628644986043560292018-11-25T21:24:00.001-08:002019-01-24T02:28:46.469-08:00Hamid Fahmy Zarkasyi<div dir="ltr">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisw0cE5GE_9ybmDcJHowbqof-5XkhHRp5sQHaM5ahFg2ZbnET407xflxveMC6qqJPpSvC7veD6GIcbYhJ1iRmbGAN9YjppZ_h3S35k5bGp5WKlU9NlngzT3B1MxpBkB0yaEs7H335Xetxt/s1600/Hamid_Zarkasi_voa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="237" data-original-width="355" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisw0cE5GE_9ybmDcJHowbqof-5XkhHRp5sQHaM5ahFg2ZbnET407xflxveMC6qqJPpSvC7veD6GIcbYhJ1iRmbGAN9YjppZ_h3S35k5bGp5WKlU9NlngzT3B1MxpBkB0yaEs7H335Xetxt/s320/Hamid_Zarkasi_voa.jpg" width="320"></a></div>
<br>
1. <a href="https://inpasonline.com/arti-mengislamkan/">https://inpasonline.com/arti-mengislamkan/</a></div>
<div dir="ltr">
2. <a href="https://inpasonline.com/parpol-islam/">https://inpasonline.com/parpol-islam/</a></div>
<div dir="ltr">
3. <a href="https://inpasonline.com/tuhan-dalam-teori/">https://inpasonline.com/tuhan-dalam-teori/</a></div>
<div dir="ltr">
4. <a href="https://inpasonline.com/hegemoni-makna-gender/">https://inpasonline.com/hegemoni-makna-gender/</a></div>
<div dir="ltr">
5. <a href="https://inpasonline.com/berpikir-dengan-hati/">https://inpasonline.com/berpikir-dengan-hati/</a></div>
<div dir="ltr">
6. <a href="https://inpasonline.com/pengertian-islamisasi-sains/">https://inpasonline.com/pengertian-islamisasi-sains/</a></div>
<div dir="ltr">
7. <a href="https://inpasonline.com/kuliah-agama-di-perguruan-tinggi/">https://inpasonline.com/kuliah-agama-di-perguruan-tinggi/</a></div>
<div dir="ltr">
8. <a href="https://inpasonline.com/hijrah-nafsiyah/">https://inpasonline.com/hijrah-nafsiyah/</a></div>
<div dir="ltr">
9. <a href="https://inpasonline.com/nurani-homo/">https://inpasonline.com/nurani-homo/</a></div>
<div dir="ltr">
10. <a href="https://inpasonline.com/nomenklatur-filsafat-islam/">https://inpasonline.com/nomenklatur-filsafat-islam/</a></div>
<div dir="ltr">
11. <a href="https://inpasonline.com/berfikir-dan-beriman/">https://inpasonline.com/berfikir-dan-beriman/</a></div>
<div dir="ltr">
12. <a href="https://inpasonline.com/syahwat-pikiran/">https://inpasonline.com/syahwat-pikiran/</a></div>
<div dir="ltr">
13. <a href="https://inpasonline.com/kebenaran/">https://inpasonline.com/kebenaran/</a></div>
<div dir="ltr">
14. <a href="https://inpasonline.com/hamid-fahmy-zarkasyi-membangun-manusia-beradab-jangan-abaikan-ulama/">https://inpasonline.com/hamid-fahmy-zarkasyi-membangun-manusia-beradab-jangan-abaikan-ulama/</a></div>
<div dir="ltr">
15. <a href="https://inpasonline.com/hamid-fahmy-zarkasyi-moderat-tidak-sama-dengan-wasatiyah/">https://inpasonline.com/hamid-fahmy-zarkasyi-moderat-tidak-sama-dengan-wasatiyah/</a></div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr"><div dir="ltr">*HEGEMONI MAKNA*</div><div dir="ltr">Dr Hamid Fahmy Zarkasyi</div><div dir="ltr">Direktur INSISTS</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Ketika makna suatu kata berganti dan berubah dari makna aslinya, maka boleh jadi karena adanya intrusi pandangan hidup asing (intrusion of worldview). Dapat pula disebabkan oleh pergeseran nilai dalam budaya pemegang makna itu.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Di Barat terdapat telah terjadi perubahan makna "gender" dari makna aslinya. Semula maknanya difahami umum sebagai jenis kelamin: maskulin dan feminin. Makna itu dalam Webster’s New World Dictionary, New York: 1984, berubah menjadi perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Disini bedanya bukan kelamin lagi, tapi sudah menjadi ke tingkah laku.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Dalam Encyclopedia of "Women Studies", vol. I Helen Tierney mengartikan gender bukan lagi perbedaan tingkah laku, tapi sudah menjadi suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (dinstinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Sepakat dengan Helen Hilary M Lips, di tahun 1993 menulis Sex and Gender: An Introduction. Disitu Helen mengartikan gender menjadi harapan-harapan budaya (cultural expectation) terhadap laki-laki dan perempuan. Disini realitas laki-laki dan perempuan sebagai obyek sudah hampir tidak penting.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Akhirnya "gender" resmi berbeda tajam dari kata sex. Sex digunakan secara umum untuk membedakan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis atau jenis kelamin. Maka sex meliputi perbedaan komposisi hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi dan sifat-sifat biologis lainnya. Gender digunakan untuk mengkaji aspek sosial, budaya, psikologis dan aspek-aspek non-biologis lainnya. (Linda L Lindsey, Gender Roles: A Sociological Perspective, New Jersey, Prientice Hall, hal 2.)</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Belum cukup dengan makna baru itu Lindsey, merobah definisinya. Gender yang telah menjadi suatu konsep itu menjelma lagi menjadi teori "Kajian gender" (Gender Studies). Kajian gender adalah kajian yang berkaitan dengan ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Disini apa itu laki-laki dan perempuan sudah tergantung kepada ketetapan masayarakat. Menambahkan konsep ini Elaine Showlater (ed), dalam karyanya Speaking of Gender, menyatakan bahwa gender bukan hanya pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya. Ia menekankannya sebagai konsep analisis yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu. (Elaine Showlater (ed),Speaking of Gender, New York & London: Rouytledge, 1989, hal 3.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Tren merubah makna memang kerja orang-orang postmodern. Mulanya mereka sadar akan kemajemukan realitas, lalu ragu jika manusia mampu memahami realitas itu. Karena itu mereka hilangkan makna dan kebenaran universal. Makna segala sesuatu bisa dipasang copot bagaikan cincin pada jemari; dihilangkan konteknya; diputus hubungannya dengan makna lain. Jadi orang postmo itu sebenarnya tahu kebenaran, tapi bagi mereka kebenaran kemudian itu akan berubah maknanya. Begitu pulalah dengan kasus makna kata gender.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Sejatinya, setiap kata mengandung makna dan setiap makna mengandung konsep. Serangkaian atau jalinan konsep suatu dalam peradaban dapat membentuk suatu pandangan hidup atau worldview. Jika makna-makna dari konsep kunci (key concept) suatu peradaban itu banyak mengambil konsep kunci dari peradaban atau worldview lain, maka peradaban itu akan didominasi oleh peradaban lain.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">Kini segelintir cendekiawan Muslim telah merobah konsep kunci dalam Islam. Demi menjustifikasi konsep gender, jum lah hak waris laki-laki dan wanita harus sama; karena kesetaraan gender fiqih dianggap maskulin; karena gender pula hadits-hadits tentang wanita yang negatif dianggap misoginis; untuk membela ke setaraan gender peranan suami dikalah kan oleh istri atau disamakan. Jika ini terus terjadi maka masa hegemoni terhadap pemikiran umat akan semakin dahsyat.</div><div dir="ltr"><br></div><div dir="ltr">----</div><div dir="ltr">Dimuat di Republika Online 18 Oktober 2015</div></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-76796920565790528762018-11-25T21:17:00.001-08:002018-12-01T18:13:41.858-08:00Adian Husaini<div dir="ltr">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1yDrs1PyRncEOjlePTwAOrpKOmIGYEPLEb2ss7fFKepdP2ahNfcg6CH4jXiuWgveh3OPP7VMTTTvx5s_IviIB7hKSggebnRAWwWBQ3SAKMrYoS_UFJdw4KMllnVQgC7heftrFeTsALCXv/s1600/adianhusaini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="325" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1yDrs1PyRncEOjlePTwAOrpKOmIGYEPLEb2ss7fFKepdP2ahNfcg6CH4jXiuWgveh3OPP7VMTTTvx5s_IviIB7hKSggebnRAWwWBQ3SAKMrYoS_UFJdw4KMllnVQgC7heftrFeTsALCXv/s400/adianhusaini.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
1. <a href="https://inpasonline.com/adian-husaini-indonesia-adalah-negara-islam-dalam-proses-penyempurnaan/">https://inpasonline.com/adian-husaini-indonesia-adalah-negara-islam-dalam-proses-penyempurnaan/</a></div>
<div dir="ltr">
2. <a href="https://inpasonline.com/pancasila-menolak-ilmu-sekuler/">https://inpasonline.com/pancasila-menolak-ilmu-sekuler/</a></div>
<div dir="ltr">
3. <a href="https://inpasonline.com/berislam-dan-berindonesia/">https://inpasonline.com/berislam-dan-berindonesia/</a></div>
<div dir="ltr">
4. <a href="https://inpasonline.com/khazanah-islam-di-nusantara/">https://inpasonline.com/khazanah-islam-di-nusantara/</a></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-42010757598938923702018-11-25T21:00:00.001-08:002018-12-01T18:14:18.341-08:00Ahmad Kholili Hasib<div dir="ltr">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAYAs2Czicr5fieLj7BmrzTV9bkZUcRsDWUixXHfNLpokj8otwLbnCBHECJjP9j5Dqb-sxNyopiDi8WVAUcvpWlS9w4kGzYyaFv-6V9fj7B5LZnt7N4RdidkyCW32pVSAilKBPgXclDkeE/s1600/Ahmad-Kholil-H-150x150.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="150" data-original-width="150" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAYAs2Czicr5fieLj7BmrzTV9bkZUcRsDWUixXHfNLpokj8otwLbnCBHECJjP9j5Dqb-sxNyopiDi8WVAUcvpWlS9w4kGzYyaFv-6V9fj7B5LZnt7N4RdidkyCW32pVSAilKBPgXclDkeE/s400/Ahmad-Kholil-H-150x150.jpeg" width="400" /></a></div>
<br />
1. <a href="https://inpasonline.com/kitab-al-taarruf-obat-bagi-yang-ragu-dengan-tasawuf/">https://inpasonline.com/kitab-al-taarruf-obat-bagi-yang-ragu-dengan-tasawuf/</a></div>
<div dir="ltr">
2. <a href="https://inpasonline.com/mengislamkan-indonesia-bukan-mengindonesiakan-islam/">https://inpasonline.com/mengislamkan-indonesia-bukan-mengindonesiakan-islam/</a></div>
<div dir="ltr">
3. <a href="https://inpasonline.com/epistemologi-aswaja-dan-islamisasi-alam-melayu/">https://inpasonline.com/epistemologi-aswaja-dan-islamisasi-alam-melayu/</a></div>
<div dir="ltr">
4. <a href="https://inpasonline.com/anomali-tren-berpikir-humanis/">https://inpasonline.com/anomali-tren-berpikir-humanis/</a></div>
<div dir="ltr">
5. <a href="https://inpasonline.com/izzuddin-abdissalam-mulya-dengan-amar-maruf-nahi-munkar/">https://inpasonline.com/izzuddin-abdissalam-mulya-dengan-amar-maruf-nahi-munkar/</a></div>
<div dir="ltr">
6. <a href="https://inpasonline.com/teladan-imam-nawawi-dalam-menuntut-ilmu/">https://inpasonline.com/teladan-imam-nawawi-dalam-menuntut-ilmu/</a></div>
<div dir="ltr">
7. <a href="https://inpasonline.com/filsafat-perennialisme-hossein-nasr-dan-ideologi-kesatuan-agama-agama/">https://inpasonline.com/filsafat-perennialisme-hossein-nasr-dan-ideologi-kesatuan-agama-agama/</a></div>
<div dir="ltr">
8. <a href="https://inpasonline.com/epistemologi-aswaja-dan-islamisasi-alam-melayu/">https://inpasonline.com/epistemologi-aswaja-dan-islamisasi-alam-melayu/</a></div>
<div dir="ltr">
9. <a href="https://inpasonline.com/sunni-asyari-dan-identitas-muslim-nusantara/">https://inpasonline.com/sunni-asyari-dan-identitas-muslim-nusantara/</a></div>
<div dir="ltr">
10. <a href="https://inpasonline.com/tauhid-dan-ihsan/">https://inpasonline.com/tauhid-dan-ihsan/</a></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-41192275367971566332018-11-09T18:45:00.000-08:002018-11-09T18:48:25.542-08:00Sohib dan Solmed Punya Cerita<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUg9iL8_JF-CDl23Uhqp-9CFSBvqFVG3Q0eTokyPasvEPYlFT_-rGG6Ruv8ZdSqrt6BF4KLJTh6uOzOovmmXnJGltWtTr4AipJTbXWuo98KPoTJ2h8Rp8XtEHy5Cay0e9jYzbikszlAjx8/s1600/TW878599.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="240" data-original-width="240" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUg9iL8_JF-CDl23Uhqp-9CFSBvqFVG3Q0eTokyPasvEPYlFT_-rGG6Ruv8ZdSqrt6BF4KLJTh6uOzOovmmXnJGltWtTr4AipJTbXWuo98KPoTJ2h8Rp8XtEHy5Cay0e9jYzbikszlAjx8/s320/TW878599.png" width="320" /></a></div>
Obrolan <i>ngalor ngidul</i> dari 2 Sahabat Kental Si Sohib dan Si Solmed seputar Isu Keuangan Syariah<br />
by</div>
<div style="text-align: justify;">
Irham Fachreza Anas</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i><br />
<i><br /></i>1. Katanya KPR Murni Syariah ?<br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/01/cerpen-kpr-syariah-1.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/01/cerpen-kpr-syariah-1.html</a><br />
<br />
2. Tips Membeli Aset Riba<br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/tips-membeli-aset-riba.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/tips-membeli-aset-riba.html</a><br />
<br />
3. Dasar Mufti Forex Dadakan<br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/dasar-mufti-forex-dadakan.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/dasar-mufti-forex-dadakan.html</a><br />
<br />
4. Pokoknya Bayar Pokoknya Saja<br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/pokoknya-bayar-pokoknya-saja.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/pokoknya-bayar-pokoknya-saja.html</a><br />
<br />
5. Ikut Asuransi Syariah Kok Anti Tawakal ? Situ Sehat !!<br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/ikut-asuransi-syariah-kok-anti-tawakal.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/ikut-asuransi-syariah-kok-anti-tawakal.html</a><br />
<br />
baca juga :<br />
<br />
<b>Bank Syariah Dihujat</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br />
<br />
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br />
<br />
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a><br />
<br />
<b>Sharia Business Intelligence</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a><br />
<br /></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3465379364702473513.post-16997536895329912582018-11-09T18:36:00.000-08:002018-11-12T03:43:40.494-08:00Ikut Asuransi Syariah Kok Anti Tawakal ? Situ Sehat !<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4VXH-PGqB1wynUi4k8kk_AcmxWHRKTW1UnWAPk8iCc2zY-Ds1jlpBclT207-DtZlrYGdi_iEBe9QDeQKh_g9GoncCpDXROudLcwcb4wc_B7tpKFf9ouTKIFh4E1ypdbx3HwyMZyAYvjpO/s1600/tawakal.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="460" data-original-width="460" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4VXH-PGqB1wynUi4k8kk_AcmxWHRKTW1UnWAPk8iCc2zY-Ds1jlpBclT207-DtZlrYGdi_iEBe9QDeQKh_g9GoncCpDXROudLcwcb4wc_B7tpKFf9ouTKIFh4E1ypdbx3HwyMZyAYvjpO/s400/tawakal.png" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
by</div>
<div style="text-align: justify;">
Irham Fachreza Anas</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>member of Sharia Business Intelligence </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Solmed : Sob, kemarin gw liat di lemari buku loe ada polis Asuransi Syariah? <i>"Solmed terlihat tidak senang"</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sohib : Iya Med, Gw ikut Asuransi Syariah buat <i>planning</i> Pendidikan Anak. Sekarang udah selesai kontraknya. Kenapa masalah buat loe?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Solmed : Haduh......Sooob, Iman loe ketaker Sob.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sohib : Laaah.... apa hubungannya polis syariah gw ama takaran iman gw ? Loe sehat Med ? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Solmed : Ketakutan loe terhadap masa depan pendidikan anak loe, menandakan loe kurang tawakal kepada Allah <i>subhanahu wa ta'ala</i>. Loe harus yakin bahwa Allah <i>subhanahu wa ta'ala</i> yang akan menjaga masa depan anak loe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sohib : Med sumpah deh,,, gw ga paham omongan loe? Gw pakai Asuransi Syariah sebagai ikhtiar gw untuk masa depan anak Gw. Lo ga bisa bedain mana Takdir, Ikhtiar dan Tawakal. Waduuuh Loe salah ngaji Med.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gw ikut Asuransi Syariah kok loe tuduh gw Anti Tawakal kepada Allah <i>subhanahu wa ta'ala</i> . Kayaknya Loe belum baca Nash ini Med :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah <i>subhanahu wa ta'ala</i> berfirman : Qs. Yusuf (12) 47-49 :</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya: “Yusuf berkata, <b>supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa</b>. Maka, apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian, akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits riwayat Ibnu Hibban <i>radhiallahu 'anhu :</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang bertanya kepada Rasulullah terkait untanya, apakahsaya (boleh) membiarkan (tidak mengikat) unta saya kemudian bertawakkal (kepada Allah) Rasulullah <i>shallallahu 'alaihi wa sallam </i>bersabda: <b>"Ikatlah untanya dan bertawakallah (kepada Allah)"</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
--Sekian--</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
baca juga :<br />
<br />
<b>Bank Syariah Dihujat</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/bank-syariah-dihujat.html</a><br />
<br />
<b>Sohib dan Solmed Punya Cerita</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html">https://irham-anas.blogspot.com/2018/11/sohid-dan-solmed-punya-cerita.html</a><br />
<br />
<b>Cahaya ; Refleksi tentang Liberalisasi dan Islam</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/cahaya.html</a><br />
<br />
<b>Sharia Business Intelligence</b><br />
<a href="https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html">https://irham-anas.blogspot.co.id/2017/11/sharia-business-intelligence.html</a></div>
Irham Fachreza Anas, S.E.I, M.E., CIBP, AWPhttp://www.blogger.com/profile/11719188599496619080noreply@blogger.com0